Thursday 14 May 2015

Baca Buku Sembari Menikmati Kopi Susu

Pada dasarnya saya menyukai susu, bukan kopi, jadi ketika saya mulai tertarik pada kopi yang aromanya menyenangkan, saya lebih menyukai kopi yang dicampur susu. Di antara sekian banyak varian kopi, saya paling suka cafe latte. Dan kopi yang paling enak tentu saja yang diracik oleh ahlinya dan biasanya disajikan di kafe-kafe. Sayangnya, kopi macam ini harganya tidak bersahabat dan tidak bisa dinikmati terlalu sering, jadi saya harus puas dengan kopi instan sebagai teman membaca buku sehari-hari.

Untuk kopi kemasan yang langsung diminum, saya punya dua favorit: Nescafe Smoovlatte dan Kopiko 78˚C 
Smoovlatte rasa kopinya lebih ringan daripada Kopiko. Keduanya tidak terlalu manis. Sebenarnya Nescafe latte yang kemasan kaleng juga enak, tapi itu begitu dibuka harus langsung dihabiskan isinya, karena tidak bisa ditutup rapat lagi.
Untuk kopi instan yang harus diseduh dulu, saya suka Indocafe Coffeemix yang dicampur dengan susu Dancow fullcream. Ya, harus dicampur susu. Kalau tidak, kopi instan yang satu ini bisa bikin kepala saya pusing.
Akhir-akhir sedang gencar iklan Torabika Creamy Latte yang gulanya terpisah. Ini membuat saya penasaran, apalagi karena produknya sulit sekali dicari di mini market. Katanya sih memang belum dijual retail, harus di toko grosiran. Senangnya, saya menemukan dua bungkus di koperasi kantor. Hore! Dan lebih senang lagi karena ternyata rasanya enak! Tidak perlu dicampur gula banyak-banyak.
Sebelum ada Creamy Latte, Torabika Cappuccino juga saya suka... kadang-kadang.
Satu lagi jenis kopi serbuk instan yang baru-baru ini saya temukan dan langsung membuat jatuh cinta: Espreciello Irish Coffee dan Green Tea Latte. Rasanya lembut dan enak diminum panas-panas.
Membaca buku sambil menyeruput kopi susu panas (apalagi di saat hari hujan), bagi saya adalah sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan. Tapi harus hati-hati juga, jangan sampai kopinya tumpah dan membasahi buku.

Nah, kalau kamu, apa kopi favoritmu? :)

Monday 4 May 2015

Merah, Untuk Membakar Semangat Membaca Novel Klasik

Q-Classics

Qanita Classics adalah lini Mizan Pustaka yang khusus menyajikan karya-karya satra klasik bagi para pembaca, baik itu karya terjemahan, maupun karya Indonesia. Di awal tahun 2015, Q-Classics menerbitkan ulang beberapa judul larisnya dengan desain sampul baru yang senada. Saya yakin para kolektor buku akan bersuka cita, karena desainnya sangat rupawan, apalagi jika disimpan bersisian di rak buku.

Setelah keempat buku di atas, sebagian pembaca pasti penasaran, novel apa lagi yang akan diterbitkan Q-Classics. Sebagian pembaca mungkin tidak sabar, dan menggerutu sendiri, kenapa novel klasik baru, lama sekali diterbitkannya? Yah, salah satunya karena novel klasik memang lebih sulit diterjemahkan dan disuntingnya. Gaya bahasa zaman dulu memang cenderung lebih bertele-tele, dan sulit dimengerti, tapi di situlah menariknya. Novel klasik sebaiknya dinikmati (atau dibaca) perlahan-lahan, sembari menyeruput teh atau kopi susu panas... dan menggigit sepotong kue coklat... hmm...

Oke oke, cukup deh cuap-cuapnya. Langsung saja, saya ingin mengenalkan para pembaca dengan dua novel Q-Classics yang akan diterbitkan dalam waktu dekat ini. Kebetulan, keduanya memiliki desain sampul yang didominasi oleh warna merah.

Great Expectations

Terdiri dari 3 buku dan 59 bab, Great Expectations mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang bocah udik menjadi pria muda terhormat. Bocah lelaki itu bernama Pip, dan keseluruhan cerita dikisahkan dari sudut pandangnya, sudut pandang orang pertama. Pip adalah anak yatim piatu, dia tinggal bersama dan dibesarkan oleh kakak perempuannya, Mrs. Joe, dan suami sang kakak. Mr. Joe sendiri adalah seorang pandai besi, jadi ketika Pip sudah cukup umur, dia pun dilatih untuk menjadi pandai besi. Tapi Pip tidak puas dengan kehidupannya yang miskin dan kampungan. Diam-diam dia mengharapkan sesuatu yang lebih, untuk bisa membanggakan diri di hadapan Estella, gadis yang dia taksir.

Bagai mendapat durian runtuh, suatu hari Pip kedatangan seorang pengacara terkenal dari London, bernama Mr. Jaggers, yang mengabarkan bahwa Pip mendapatkan calon warisan dari seseorang yang misterius. Syaratnya, Pip harus pergi ke London untuk belajar jadi pria terhormat. Tanpa pikir panjang, Pip menyetujuinya.

Seperti apa petualangan Pip selama di London? Siapa sebenarnya orang misterius yang hendak memberi Pip warisan? Dan dapatkah Pip membuat Estella terkesan hingga akhirnya jatuh cinta padanya?

The Age of Innocence

Berlatar belakang Amerika, The Age of Innocence mengisahkan tentang kisah asrama seorang pria muda bernama Newland Archer. Dia memiliki semua yang diinginkan oleh pria seusianya: keluarga yang terpandang, pekerjaan di biro hukum, dan tunangan cantik dari keluarga yang juga terpandang. Namun setelah kemunculan seorang wanita bernama Ellen Olenska dalam hidupnya, Archer menyadari bahwa selama ini dia begitu dikekang oleh tradisi masyarakat. Berbeda dengan tunangan Archer, May Welland, yang kalem dan patuh tata krama, Olenska bersikap lebih bebas, toleran, dan berapi-api. Diam-diam Archer jatuh cinta pada Olenska, dan mendambakan kebebasan untuk bisa bersama dengan wanita yang statusnya masih istri orang lain itu.

Bagaikan gayung bersambut, Olenska pun ternyata jatuh cinta pada Archer. Sayang, hari pernikahan Archer dan May sudah ditetapkan dan tidak bisa dibatalkan lagi. Ketika akhirnya Olenska memutuskan untuk kembali ke Eropa, Archer berniat untuk kabur dan mengejar wanita itu, apa pun konsekuensinya. Tapi ternyata May yang pendiam bukannya buta terhadap apa yang dilakukan Archer di belakangnya.... diam-diam dia melakukan sesuatu untuk mencegah Archer pergi.

Kisah cinta segitiga antara Archer-May-Olenska ini terangkum dalam 2 buku dan 34 bab.