Wednesday 31 August 2016

Curhat Tentang Dia dan Yang

Untuk kesekian kalinya, saya dibuat pusing saat memeriksa naskah terjemahan yang mengandung terlalu banyak kata dia, -nya, dan yang.

tumblr.com

Perlu saya sebutkan terlebih dahulu bahwa prinsip utama saya dalam menyunting naskah adalah menyajikan bacaan yang bisa dipahami dan dinikmati dengan mudah oleh para pembacanya. Untuk itu, salah satunya diperlukan kalimat-kalimat yang efisien, supaya lebih mudah dimengerti tentunya.

Bukan berarti saya meremehkan kemampuan pembaca untuk memahami gaya tulisan yang sulit, tidak juga saya mengabaikan penulis yang ciri khasnya memang narasi berbelit-belit. Namun tidak semua pembaca tahan membaca gaya tulisan seperti itu.

Dalam kasus naskah-naskah klasik yang pada umumnya mengandung deskripsi panjang lebar dan terkadang membosankan, saya cenderung merasa ingin membuatnya tetap menarik dibaca.

Dia, perempuan atau laki-laki?


Kita tahu, bahwa dalam Bahasa Inggris, kata ganti orang ketiga ada dua, yaitu she untuk perempuan, dan he untuk laki-laki. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, hanya ada satu. She dan he sama-sama diterjemahkan menjadi dia.

weheartit.com

Hal ini bisa jadi membingungkan dalam deskripsi panjang yang di dalamnya disebutkan he dan she berkali-kali. Terkadang kita akan sulit mengetahui dia ini merujuk pada siapa atau tokoh yang mana. Untuk mencegah kebingungan ini, di beberapa tempat kita bisa mengubah dia menjadi nama tokoh yang dimaksud, atau menjadi perempuan itu, lelaki itu, gadis tersebut, dan sejenisnya.

Kecuali sangat terpaksa, hindari nya berurutan


Nya biasanya muncul untuk menyatakan sesuatu yang menjadi milik seseorang. Tapi tidak selalu seperti itu (harus tanya ahli Bahasa Indonesia untuk penjelasan yang lebih akurat dan menyeluruh). Nya yang muncul berurutan sebenarnya tidak terlalu masalah, cuma bagi saya pribadi kadang itu mengurangi kenyamanan membaca.

Contohnya seperti ini:
"Ayo kita pergi," katanya akhirnya.

Alternatifnya bisa menjadi:
"Ayo kita pergi," akhirnya dia berkata.

Atau seperti ini:
Makanya dompetnya disimpan di tas.

Alternatifnya bisa menjadi:
Makanya, simpan dompetnya di tas.

dreamynature2014.blogspot.com

Hindari yang muncul berkali-kali dalam satu kalimat


Yang biasanya digunakan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut. Sama seperti nya, kata ini bisa jadi menyebalkan dan membingungkan jika muncul berkali-kali dalam satu kalimat. Biasanya jika menemukan hal ini, saya akan memecah kalimatnya menjadi dua atau lebih.

Jika yang bisa dihapus, hapuslah!


Tidak perlu menggombal dengan mengumbar kata yang di mana-mana... #eh itu kata sayang. Tapi serius! Terkadang, kata yang bisa dihapus tanpa mengubah makna kalimat. Prinsip ini terkadang juga bisa berlaku untuk kata untuk dan dengan. Ada lagi sih yang lain... tapi saya lupa. Ini harus dilihat per kasus ya, tidak bisa disamaratakan.

Contoh nih contoh...
Dia menyanyi dengan suaranya yang indah.

Yang bisa dihapus dan kalimatnya diubah jadi lebih efisien seperti ini:
Dia menyanyi dengan suara indah.

Contoh lainnya...
Sore itu, angin bertiup dengan kencang.
Coba dengan-nya dihapus, maknanya tidak berubah kan?


Hapus atau tidak ya?

Perkara menghapus atau tidak, ada kaitannya dengan kepentingan penerjemah dan penerbit. Dua kepentingan yang (mungkin) bertentangan. Di satu sisi, penerjemah mungkin lebih memilih tidak menghapus kata-kata yang saya anggap berlebihan di atas, karena honor penerjemah dihitung berdasarkan total jumlah karakter hasil terjemahan. Jadi kalau satu kata saja dihapus, honornya bisa berkurang.

Sedangkan jika dilihat dari sisi penerbit, kalimat singkat-jelas-padat dianggap lebih menguntungkan, apalagi jika dapat mengurangi jumlah halaman buku. Karena jika jumlah halamannya sedikit, biaya cetak bisa lebih murah, sehingga kemudian harga jual buku pun menjadi lebih murah. Dengan harga buku yang murah, kemungkinan buku dibeli oleh para pembaca menjadi lebih besar. Buku laku dijual, penerbit untung, dan pada gilirannya dapat menerbitkan buku-buku lainnya.

Kira-kira seperti itulah gambaran kasarnya.

Sekian tips curhat saya kali ini terkait pekerjaan... :p Semoga bisa sedikit bermanfaat... dan mohon maaf bila ada kata-kata yang menyinggung. Ciao~

3 comments:

  1. Oke fix, pake kata-kata yang hemat dan singkat tapi padat di terjemahan. Eh tapi kalau karya klasik kan panjang-panjang tuh kalimatnya, jadinya versi terejamahnya pun ikut memanjang. Apakah ini tidak menghilangkan rasa atau ciri khas teks asli?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di sinilah kelihaian penerjemah diuji. Bagaimana caranya membuat kalimat-kalimat panjang enak dibaca, sekaligus mempertahankan ciri khas klasik.

      Delete
  2. Kalo saya, penerjemah yg seperti itu harus banyak belajar lagi. Atau, daripada kita pusying, maaf, penerjemah itu gak ush dipakai lagi. Harus mengerti betul bhs sumber dan sasaran si penerjemah tuh..

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan pesan jika berkenan :)