Friday 21 October 2016

Kisah Cinta Saya & Buku

Halo, selamat Hari Jumat :)
Berhubung agak santai (kondisi pikirannya), saya ingin bercerita tentang preferensi saya terhadap buku. Pertama-tama, perlu dipahami dulu bahwa ini preferensi saya pribadi, bukan yang terkait dengan pekerjaan ya.


Dulu orangtua saya mengajarkan untuk suka baca sejak dini, 
sekarang saya pun ingin mengajarkan hal yang sama pada anak saya.

Sejak kecil saya memang digiring untuk suka membaca. Bisa dibilang dulu saya pembaca segala (Yellow Pages pun saya baca). Waktu kecil, saya dibelikan buku-buku dongeng nusantara--dongeng dari berbagai daerah di Indonesia. Bukunya tipis-tipis, dan ada sedikit ilustrasinya. Kalau diingat-ingat lagi, sebenarnya ilustrasinya mungkin agak kurang pantas dibaca anak kecil, karena ada pria-pria bertelanjang dada, dan wanita-wanita yang mengenakan kemben (ya soalnya pakaian tradisionalnya memang begitu! :DD) Tapi dulu saya bacanya tanpa pikiran macam-macam. Kan masih polos gitu deh.


Masa kecil saya (pra-sekolah) juga dihabiskan dengan membaca majalah Bobo (saya suka komik Pak Janggut--benar itu bukan sih judulnya? Lupa.), komik-komik western seperti Smurf, Asterix & Obelix, Lucky Luke, dan Tintin (pinjam dari tetangga depan rumah), manga-manga ballerina seperti Mari-chan dan Karina.

Waktu itu sepertinya saya kepincut dengan manga. Saya belajar menggambar gaya manga, dan suka membuat cerita manga sendiri di buku tulis (saya ingat ini zaman SD)--satu halaman satu panel :)) Makanya stok buku tulis di rumah cepat habis karena saya gambari. Manga abal-abal ini lalu saya bawa ke sekolah dan dipinjamkan ke teman-teman sekelas. Kalau diingat lagi sekarang, rasanya lucu ^^'

Zaman SD, saya mulai mengenal karya-karya RL Stine: Goosebumps. Salah seorang teman SD saya punya koleksi buku Goosebumps lengkap sekali. Kalau giliran kerja kelompok di rumahnya, saya selalu mengerjakan latihan soal dengan cepat, agar bisa baca buku setelahnya.

Selain Goosebumps, saya juga ingat membaca beberapa novel Enid Blyton (Sapta Siaga dan Lima Sekawan)... kalau tidak salah, pinjam dari tetangga depan rumah juga. Waktu itu memang belum tebersit niat untuk koleksi buku sendiri.

Kesukaan terhadap manga terus berlanjut hingga zaman SMP. Koleksi pertama buku saya banyak manga-nya (sekarang sudah hilang semua karena dipinjam berbagai orang dan tidak dikembalikan lagi). Selain beli sendiri, saya juga jadi anggota taman bacaan, dan rajin pinjam manga di sana. Pernah sekali waktu manga pinjaman itu disita guru (karena saya membawanya ke sekolah... membawa ya, bukan membaca, karena mau saya kembalikan sepulang sekolah.) Waktu itu masih sering ada razia tas... tidak tahu bagaimana kalau sekarang.

Selain membaca manga, saya juga membaca novel-novel Agatha Christie seri Hercule Poirot (pinjam dari perpustakaan sekolah) dan novel-novel RL Stine seri Fear Street (ada yang pinjam, ada yang beli). Berkat RL Stine, benak saya teracuni oleh kisah-kisah horor dan pembunuhan... hingga saya menulis cerita sendiri di buku tulis... dan seperti biasanya, buku itu dipinjamkan ke teman-teman sekelas. Waktu itu belum ada yang namanya KKPK atau Fantasteen, dan tidak ada pikiran sama sekali untuk mengirimkan tulisan-tulisan saya ke penerbit.

Zaman SMP juga pertama kalinya saya berhasil tamat membaca novel berbahasa Inggris (meskipun novelnya kecil dan tipis). Sampai sekarang novelnya masih ada... penuh coretan pensil, karena saya menuliskan arti dari kata-kata yang tidak saya mengerti.

Lalu... ada Harry Potter! Ya, saya ingat membeli dan membaca buku pertama Harry Potter di usia SMP. Ingat, karena demi membeli buku itu, saya bolos les Bahasa Inggris dan pergi ke tobuk Gramedia. Pulangnya, saya nyasar dan kemalaman... lalu diantar pulang (bahkan dibayari ongkosnya) sampai ke rumah oleh seorang wanita muda yang baik hati. Saya takut sekali! Takut dimarahi karena bolos. Hingga wanita yang mengantar saya pun merasa kasihan, dan bicara dulu dengan orangtua saya, meminta mereka untuk tidak memarahi saya. Sementara orang-orang dewasa bercakap-cakap, saya mengurung diri di kamar... dan baca buku yang baru dibeli. -___-


Beranjak ke SMA, koleksi manga saya semakin menjadi-jadi. Ada sih beberapa novel yang dibeli, tapi jumlahnya tidak seberapa. Saya belum meninggalkan hobi menulis di buku tulis ^^' dan beberapa masih saya simpan. Ada teman-teman yang menuliskan kesan dan pesan di secarik kertas setelah membaca tulisan saya. Rasanya senang sekali kalau dibaca-baca lagi.



Novel paling berkesan yang saya baca pada zaman SMA adalah The Lord of The Rings-nya Tolkien. Dipinjami oleh teman, karena saya bilang saya suka sekali dengan filmnya (film pertama, The Fellowship of The Ring). Teman saya waktu itu bilang, "Aku punya bukunya, tapi Bahasa Inggris, dan tebal. Mau pinjam?" Berhubung saya penasaran dengan kelanjutan cerita yang dari filmnya, saya pun menerima tawarannya. Bukunya benar-benar tebal sekali, karena itu gabungan dari The Fellowship of The Ring, The Two Towers, dan The Return of The Kings. Saya masih ingat di sampul depannya ada gambar ringwraiths yang sedang menaiki kuda, hendak menyeberangi sungai menuju Rivendell (adegan dari filmnya). Entah bagaimana saya berhasil menamatkan buku itu. Meskipun berat, bukunya saya bawa ke mana-mana, karena begitu terjerat dengan ceritanya. Adegan yang paling berkesan adalah pertempuran di Helm's Deep (saya bacanya sambil makan mi goreng plus seledri cincang).


This. This is what I read back then. 1137 pages. LOL
Check it out on Goodreads

Oh iya, sejak akhir masa SMA, saya menjadi anggota taman bacaan Pitimoss, dan kebanyakan novel dan manga yang saya baca, saya pinjam dari sana... Kalau ada novel yang menurut saya bagus dan layak punya, baru saya beli (misalnya trilogi His Dark Materials-nya Phillip Pullman).

Perhaps God knows that I like English more than I thought I did.
Meskipun bukan pilihan pertama, saya diterima di jurusan Sastra Inggris dan menjalaninya dengan senang hati. Pada masa kuliah ini, saya mengenal lebih banyak jenis buku. Membeli lebih banyak buku. Kalau diingat-ingat lagi, saya membeli buku lebih karena suka desain sampulnya, bukan karena suka genre-nya atau penasaran dengan ceritanya.


Setelah lulus kuliah dan diterima kerja di salah satu perusahaan penerbitan, barulah hasrat untuk mengoleksi buku semakin berkobar. Selain karena ini pertama kalinya saya mendapat penghasilan tetap, bekerja di sini sangat menambah pengetahuan saya akan buku-buku bagus.... jadi semakin banyak lah buku yang ingin saya beli. Apalagi, ada diskon khusus karyawan jika membeli buku-buku yang diterbitkan di sini.

Pusing, karena buku yang diinginkan banyak sekali. Dari berbagai genre. Dan terus saja muncul buku-buku terbitan baru yang menggoda. Never-ending wishlist.

Saya pun kemudian fokus pada mengoleksi buku-buku fiksi saja. Tapi itu ternyata tidak cukup. Perlu waktu cukup lama bagi saya untuk akhirnya menyadari bahwa tidak mungkin saya dapat membaca semua buku bagus yang ada dalam wishlist saya, dan bahwa buku fiksi yang selalu saya suka hanya beberapa genre saja. Genre apa? Mungkin teman-teman yang mengikuti tulisan-tulisan saya di blog sudah dapat menerkanya. ^^

Hmmm... hingga beberapa waktu lalu, saya masih secara tak sadar menghipnotis diri bahwa genre favorit saya adalah fantasi. Segala macam fantasi saya harus(nya) suka. Ini wajar, ini logis, ini adalah suatu keharusan... karena saya penanggung jawab lini buku fantasi di tempat saya bekerja. Iya kan?


Ternyata tidak demikian.
Bacaan pekerjaan ya pekerjaan. Bacaan pribadi boleh jadi berbeda.

Karena seiring waktu berlalu, saya pun menyadari bahwa preferensi saya lebih ke genre horor dan fantasi remaja (middle grade). Ketika akan mulai membaca buku bergenre ini, saya selalu merasa berdebar-debar penuh antisipasi. Dan kemungkinan saya akan merasa kecewa jauh lebih kecil, meskipun jika orang lain bilang buku itu jelek, ceritanya standar, dll.

Don't get me wrong, bukan berarti saya tidak menyukai jenis fantasi yang lain... hanya saja saya tidak memprioritaskannya menjadi bacaan pribadi. Sekarang, saya merasa harus menyisir kembali wishlist saya, dan menghapus buku-buku yang masih diragukan... apakah ini layak koleksi atau layak baca saja?

Sebagai tambahan dari genre horor dan fantasi remaja, saya juga mulai mengoleksi karya-karya klasik... Awalnya sekadar karena pekerjaan, tapi sekarang saya jadi mulai benar-benar menyukainya. Tapi ini jadi cerita untuk lain kali saja ^^. Kali ini sekian dulu, dan selamat berakhir pekan :)

2 comments:

  1. Aku boleh dibilang jarang nulis komen di tulisan-mu, Dy, tapi aku boleh dibilang silent reader :D I wish that you will also be able to publish your own book! Aku suka banget sama tulisan-tulisanmu waktu jaman kuliah dulu. Keep writing, keep inspiring! Selalu terinspirasi kalo liat reading list-mu dan tentunya buku-bukumu yang banyak banget itu! Sekarang pasti tambah banyak banget ya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Widhi! Thanks for your kind comment ^^ you don't know how happy I am to hear from you.
      Tbh sejak dulu, tujuan utamaku nulis bukan untuk dipublikasikan dalam bentuk cetak sih... melainkan untuk bersenang-senang dan berbagi kesenangan tersebut (terutama dengan teman-temanku). Dan kurasa tujuan itu kurang lebih sudah tercapai :)

      Delete

Silakan tinggalkan pesan jika berkenan :)