Monday 22 February 2016

Reading Challenge 2016: SEVENEVES

Berhubung sedang iseng dan ingin mencoba sesuatu yang baru, saya memutuskan untuk ikut Reading Challenge alias Tantangan Membaca yang diadakan oleh F. Jun @ Story Eater Tales dan R. Maryana @ Ryana's Locker. Nama tantangannya adalah SEVENEVES. Jangan tertipu, itu tujuhnya ada dua kali ya... jadi tantangannya ada tujuh kali dua, alias empat belas tantangan.



Berikut ini tantangan-tantangannya... yang di dalam kurung itu buku yang sudah dan akan saya baca untuk menggenapi tantangannya.

Tantangan dari Mas Jun:


1. Buku dengan cover merah (Rooms - Lauren Oliver)


2. Buku dengan jenis huruf pada sampul yang kalian suka (The Knife of Never Letting Go - Patrick Ness)


3. Buku dengan setting tempat/waktu yang kamu suka (The Mist in The Mirror - Susan Hill)


4. Buku dari penulis "baru" bagimu (Tell The Wolves I'm Home - Carol Rifka Brunt)


5. Buku yang telah diadaptasi ke dalam film atau series (Miss Peregrine's Home for Peculiar Children - Ransom Riggs)
 

6. Buku dari penulis Eropa (The Unquiet - John Connolly)

7. Buku dengan ilustrasi di dalamnya (Behind the Bookcase - Mark Steensland)



Tantangan dari Mbak Mary:


8. Buku yang ditulis oleh penulis Indonesia namun berlatar di luar negeri (Purple Eyes - Prisca Primasari)
 

9. Buku dengan tokoh utama anak-anak (Coraline - Neil Gaiman)


10. Buku dari penulis favorit (Graveyard Book - Neil Gaiman)


11. Buku nonfiksi yang merupakan pengalaman penulisnya (Going Solo - Roald Dahl)


12. Buku bantal dengan ketebalan min. 500 hal. (Battle Royale - Koushun Takami)


13. Buku fantasi karya penulis Indonesia (Dru dan Kisah Lima Kerajaan - Clara Ng)



Jika kawan-kawan berminat ikutan Tantangan Membaca ini, silakan lihat persyaratannya di artikel Mas Jun atau Mbak Mary ya. Yang pasti sih selain harus baca bukunya, juga harus menulis ulasannya. Ini sepertinya akan agak berat buat saya yang moody dalam hal tulis menulis. Tapi yah, saya coba saja. Sekalian mendisiplinkan diri untuk belajar menulis.

Sebelumnya saya tidak pernah mengikuti Tantangan Membaca selain dari Goodreads. Dan sepertinya satu tantangan ini saja bagi saya sudah cukup banyak untuk satu tahun (lebih dari satu buku tantangan per bulannya). Kalau dipikir-pikir, saya salut pada kawan-kawan yang mengikuti lebih dari satu Tantangan Membaca setiap tahunnya. Senang juga, karena masih ada orang-orang dengan minat membaca yang begitu besar. Semoga ke depannya bakal lebih banyak lagi orang yang gemar membaca :)

CATATAN:
Artikel ini akan diperbaharui seiring dengan setiap tantangan yang saya genapi, jadi di akhir tahun nanti saya tidak akan membuat wrap-up post.

Sunday 21 February 2016

Jurnal Mewarnai II - Alat-Alat Mewarnai

Halo kawan :)

Seperti yang sudah saya janjikan di jurnal warna sebelumnya, di jurnal yang kedua ini saya akan menunjukkan alat-alat yang selama ini saya gunakan untuk mewarnai. Semua yang saya gunakan biasa-biasa saja secara jenis dan harga, karena saya juga bukan seorang seniman atau ilustrator profesional yang punya anggaran khusus untuk membeli peralatan mewarnai yang mahal-mahal.


Pensil Warna

Pensil warna cocok untuk mewarnai gambar dengan bidang luas maupun sempit.

Luna Staedler
Ini pensil warna yang sudah saya miliki lama sekali... mungkin lebih dari sepuluh tahun. Semua pensilnya sudah pendek, dan warna birunya sudah nyaris habis dipakai. Saya suka dengan merek ini karena hasil pulasan warnanya halus dan warnanya pun cenderung lembut. Menyatukan dua warna yang berbeda juga hasilnya halus.

Ceritanya ini pensil warna watercolor, tapi saya tidak menambahkan pulasan air karena kuatir akan merusak kertas. Boo hoo~

Campap
Ini apalah... pensil warna merek abal-abal... :p Saya beli di Borma karena suka dengan warnanya yang hitam. Entah ini berapa warna awalnya... karena kotaknya sudah hancur disobek-sobek anak saya dan beberapa pensil hilang.


Hasil pulasan warnanya sih lumayan. Kata teman kantor, ini ada kandungan minyaknya, jadi agak licin gitu pulasannya.

Faber Castell

Kayaknya ini pensil warna termahal yang saya punya... tapi itu pun didapat dengan harga yang lebih murah daripada yang dijual di toko besar seperti Gramedia. Biasanya Faber Castell Classic 48 warna ini harganya sekitar 120rb, tapi saya beli di Borma cuma Rp 103.900.


Secara pribadi, saya kurang suka dengan pulasan warna Faber Castell... beberapa warna terlalu terang dan perpaduan dua warna hasilnya agak kasar. Atau mungkin itu karena saya saja yang kurang ahli menggunakannya... hehe.

Spidol dan sejenisnya

Kalau bicara soal spidol, yang pertama kali terlintas di benak pastinya merek Snowman :)) Dan saya pun menggunakannya. Saya pernah beli yang isinya 24 warna, tapi sebagian sudah habis dan hilang.

Ini spidol hadiah dari salah seorang teman.
Ujungnya lebih tebal daripada spidol Snowman.

Jika memerlukan pewarna berujung lancip untuk memulas bidang-bidang kecil dan rumit, saya suka menggunakan fineliner/finecolour. Entah apa istilah lainnya dari pewarna ini di dunia seni.


Terakhir, jenis pewarna yang belum lama saya temukan di toko, namanya adalah Koi Brush. Ya, sejenis kuas dengan tinta berbahan dasar air. hasil pulasannya mirip stabillo. Koi Brush dapat digunakan untuk mewarnai bidang luas maupun sempit tergantung tekanan yang kita berikan pada kuasnya.


Krayon

Nah... krayon adalah alat yang paling saya suka untuk mewarnai latar belakang. Sebenarnya saya punya krayon merek Pastel, tapi itu sudah hancur lebur dan kotor, jadi tidak saya gunakan lagi. Saya membeli krayon baru yang tidak jelas mereknya apa... hahaha... cuma karena menurut saya desainnya imut, serta cukup bersih dan rapi jika digunakan.


Lain-lain

Alat-alat lainnya yang saya gunakan untuk mewarnai adalah pulpen glitter, termasuk pulpen emas dan perak. Selain itu, saya juga pernah menggunakan eye shadow untuk mewarnai background :p

Terkadang saya ditanyai apa alat terbaik untuk mewarnai. Wah, menurut saya sih tidak ada jawaban pasti ya... karena sepertinya setiap jenis pewarna memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Dan yang terbaik tentu yang menurut penggunanya nyaman digunakan, jadi penilaiannya sangat subyektif. Saran saya sih, jangan ragu untuk mencoba berbagai jenis pewarna, memadu-padankannya. Sekali lagi saya katakan, kegiatan mewarnai seharusnya membuat kita senang melakukannya, bukan malah menambah stress. Jadi, jangan terlalu banyak memikirkan ini itu... langsung warnai saja ^^

Friday 5 February 2016

All Hail The Queen of The Tearling!

Sementara sang putri duduk manis menunggu didatangi oleh pangeran tampan berkuda putih, sang ratu bersiap untuk mempertaruhkan nyawanya di medan perang.

Ah, kawan, kaum wanita tidak lagi mengidolakan putri cantik yang lemah dan perlu dilindungi... mereka terkagum-kagum akan ratu yang kuat dan berkuasa. Saya pun demikian ^^
Saat membaca buku, saya senang sekali jika menemukan tokoh wanita yang kuat--baik secara fisik maupun mental. Mungkin karena saya memiliki keinginan terpendam untuk jadi wanita kuat :D
Salah satu tokoh wanita kuat yang belum lama ini saya temukan adalah Ratu Kelsea dari buku The Queen of The Tearling karya Erika Johansen.

Let me tell you more about it...





Pertama kali menerima buku ini (versi Bahasa Inggrisnya) di tangan saya, yang pertama kali muncul adalah rasa kagum terhadap desain sampulnya yang elegan dan jaketnya yang halus bagai beludru. Saya pikir, wah, ini memang sungguh-sungguh mencerminkan seorang ratu.

Kemudian muncul rasa malas, karena ukuran bukunya besar, cukup tebal (nyaris 450 halaman), serta ukuran huruf di dalamnya cukup kecil. Ditambah lagi, ada masalah teknis yang membuat saya harus ekstra hati-hati saat menyunting naskah terjemahannya. Tapi namanya juga pekerjaan, tentu harus dituntaskan, walaupun dicicil sedikit demi sedikit... Dan pada akhirnya saya puas bisa menuntaskan The Queen of The Tearling!

The Queen of The Tearling versi Jepang.
Saking tebalnya, dibagi jadi dua buku ^^
Sumber: Goodreads

So, what the story is about?


Kisah dimulai dengan seorang gadis muda, baru menginjak usia 17 tahun. Namanya Kelsea Raleigh. Nyaris seumur hidupnya, Kelsea tinggal di sebuah pondok terpencil di tengah hutan, bersama kedua orangtua angkatnya. Dan dia dididik keras untuk menjadi Ratu. Ya, Kelsea adalah seorang putri, pewaris takhta Kerajaan Tearling.

Mudah sekali menebak alasan Kelsea diasingkan, yaitu untuk menjauhkannya dari orang-orang yang ingin membunuhnya. Berhubung ibunda Kelsea sudah tewas, saat ini Kerajaan Tearling dipimpin oleh paman Kelsea yang menjabat sebagai Regent. Tapi begitu Kelsea cukup umur, mau tidak mau dia harus kembali ke ibukota, untuk naik takhta.

Sekelompok pria datang menjemput Kelsea di pondok kecilnya. Mereka menyebut diri sebagai Para Pengawal Ratu. Mereka yang akan melindungi Kelsea selama perjalanan ke Benteng di ibukota. Awalnya Kelsea tidak menyadari sebesar apa bahaya yang akan dia hadapi, tapi dengan cepat hal itu berubah ketika mereka diserang oleh kelompok Caden, organisasi pembunuh bayaran profesional.

And then...


Masalah Kelsea bukan cuma kelompok Caden yang mengincar nyawanya, tapi juga ancaman invasi dari negara tetangga, Mortmesne, yang dipimpin oleh sang Ratu Merah--ratu yang diduga seorang penyihir karena dia sudah hidup amat sangat lama dan tetap belia.

Sebelumnya, Tearling sudah pernah diinvasi oleh Mortmesne, dan itu sungguh pembantaian besar-besaran. Tentara Mortmesne sangat jauh lebih kuat dibandingkan tentara Tearling. Kerajaan Tearling hanya memiliki wilayah luas dan penduduk banyak, sementara sumber dayanya inferior jika dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Invasi itu berujung damai setelah ibu Kelsea melakukan negosiasi dengan Ratu Merah... sebuah negosiasi yang tidak bisa diterima oleh Kelsea.

Khawatir spoiler, saya tidak akan menceritakan apa hasil negosiasi antara ibunda Kelsea dengan Ratu Merah. Yang jelas, hasilnya amatlah biadab dan tidak berperikemanusiaan.

The Queen of The Tearling versi Harper
Sumber: Goodreads


What it takes to be a strong queen?


Akal cerdas dan nyali besar. Lalu, keberuntungan.

Sebagai seorang Ratu, Kelsea harus bernyali besar untuk memutuskan negosiasi dengan Ratu Merah. Setelahnya, dia harus cerdas dalam menanggulangi ancaman invasi Mortmesne... dan itu tidak bisa selesai dibahas dalam satu buku.

Tentu saja, Kelsea tidak sendirian. Ada para Pengawal Ratu, dan segelintir orang yang bisa benar-benar Kelsea percaya. Tapi itu saja tidak cukup. Kelsea harus memikirkan cara memenangkan hati rakyatnya. Dan dia juga harus berurusan dengan kaum bangsawan dan pihak Gereja Arvath, yang kepentingannya bertolak belakang dengan kesejahteraan rakyat.

Intinya, jadi seorang Ratu lebih sulit dari yang Kelsea kira, sungguh berbeda dengan teori-teori yang dia pelajari. Dan jika dia salah langkah, nyawa taruhannya.

The Queen of The Tearling versi Bantam Press
Sumber: Goodreads



All about girl power?


Walaupun dua tokoh utama yang berseteru dalam The Queen of The Tearling adalah wanita (Kelsea dan Ratu Merah), para pria juga punya peran besar. Salah satunya adalah Mace, pemimpin Pengawal Ratu. Lalu ada juga Fetch, lelaki misterius yang mirip dengan Arsene Lupin atau Robin Hood. Ada juga ayah Kelsea, yang sosoknya tetap menjadi misteri hingga akhir buku, tapi sepanjang kisah jelas tersirat bahwa dia tokoh yang amat penting.

Romance?


Yah, tidak terlalu banyak roman di kisah ini--dan saya suka itu. Lagipula siapa yang berani macam-macam sama seorang Ratu?

Magic?


Ada, tapi tidak berlimpah. Ratu Merah jelas memiliki kekuatan mistis, terbukti dari umurnya yang luar biasa panjang. Kelsea juga punya kekuatan sihir, tapi kekuatan itu suka muncul tiba-tiba dan di luar kendalinya.

Kekuatan sihir Kelsea berkaitan dengan batu pertama safir yang selalu dia kenakan, bukti ahli waris Kerajaan Tearling.

The Queen of The Tearling versi Cina
Sumber: Goodreads


What's next?


The Queen of The Tearling direncanakan untuk menjadi trilogi. Saat ini sekuelnya, The Invasion of The Tearling sudah terbit, dan buku ketiganya, The Fate of The Tearling, direncanakan terbit akhir tahun ini. The Invasion of The Tearling sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan sedang dalam proses penyuntingan.



Selain itu, jangan lupa juga bahwa kita akan menantikan filmnya!

Ya, trilogi Tearling ini telah dibeli hak cipta filmnya oleh Warner Bros. Emma Watson akan menjadi pemeran utama, sekaligus produser film ini. Tentu saja orang-orang berekspektasi tinggi. Semoga filmnya nanti sesuai dengan yang diharapkan ya :)

Sumber: mtv.com