Selamat hari Kamis, hari terakhir di Bulan Maret 2016.
Artikel ini dipublikasikan demi menggenapi komitmen saya menulis dua artikel per bulan ^^.
Kawan-kawan yang menggemari buku, dan bergabung di komunitas-komunitas pencinta buku, pasti sudah tidak asing dengan istilah "timbunan" dan "penimbun" buku. Apa yang terbayang di benakmu saat mendengar dua istilah ini?
Lalu... bagaimana dengan istilah "koleksi" dan "kolektor" buku?
Keduanya mungkin sama-sama mencintai dan memiliki banyak buku, tapi ada yang berbeda...
Saya ingin berbagi opini tentang hal-hal tersebut. Kawan-kawan bebas menganggapi, baik setuju maupun tidak setuju, karena saya sangat sadar bahwa sebuah opini pasti akan memicu dua macam reaksi.
Sumber: pinterest.com |
Kolektor Pilih-Pilih, Penimbun Doyan Diskon
Berdasarkan hasil pengamatan saya, yang usianya belum sampai bertahun-tahun, kolektor biasanya lebih pilih-pilih daripada penimbun. Kolektor memiliki hal-hal spesifik yang dia inginkan dari buku-buku yang dia beli. Misalnya buku-buku yang laris dan terkenal di seluruh dunia, buku-buku karya penulis tertentu, atau buku-buku dengan desain sampul yang bagus.Penimbun tidak terlalu pilih-pilih. Saking cintanya pada buku, penimbun seolah ingin menyelamatkan sebanyak mungkin buku dari tangan-tangan orang tidak bertanggung jawab... lalu menampung buku-buku tersebut di rumahnya, tentu. Karena itulah, penimbun paling senang mendengar kata "diskon" dan bazaar atau pameran buku. Mendapatkan jumlah buku maksimal dengan jumlah uang minimal adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi penimbun.
Bukan berarti kolektor tidak menajamkan telinga ketika mendengar kata "diskon." Siapa sih yang tidak suka diskon? Tapi kolektor biasanya tidak sekalap penimbun ketika berada di pameran buku. Seandainya mendapatkan buku layak koleksi dengan harga murah, ya syukur... tapi seandainya tidak, kolektor tidak keberatan mengeluarkan lebih banyak uang untuk menebus buku yang memang benar-benar diinginkan.
Penguin Classics Sumber: pinterest.com |
Terhadap karya debut, penimbun biasanya berpikiran lebih terbuka dan mau coba membaca karya-karya dari penulis baru. Sedangkan kolektor biasanya lebih skeptis, dan mau menjajal karya debut jika memang karya tersebut mendapat banyak ulasan bagus. Di sisi lain, jika kolektor sudah menyukai karya satu penulis tertentu, dia akan loyal dan cenderung mencari karya-karya lainnya dari penulis tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan kolektor mempunyai berbagai versi dari satu judul buku. Salah satu jenis buku yang selalu menggoda untuk dikoleksi adalah buku klasik.
Selalu, Seorang Kolektor
Ketika saya memikirkan semua ini dan membandingkannya dengan sifat-sifat dalam diri saya, tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa saya adalah seorang kolektor. Saya menyukai genre buku tertentu (fantasi, horor, dan thriller), dan jika ada buku bagus di luar genre yang saya sukai, saya akan pikir berkali-kali sebelum membelinya. Lebih baik meminjam atau menyewanya saja di taman bacaan. Saya membedakan antara buku-buku wajib baca dan tidak harus punya, dengan buku-buku wajib punya untuk dikoleksi.Belakangan saya suka melirik novel-novel fantasi middle grade (remaja) yang desain sampulnya bagus-bagus, di dalamnya banyak ilustrasi, dan ceritanya berdiri sendiri, bukan berseri. Saya juga jadi suka buku bergambar anak-anak karena ilustrasinya bagus-bagus dan full color. Apalagi setelah punya anak sendiri... seolah ada justifikasi untuk membeli buku anak-anak. Senang sekali melihatnya ketika dipajang di rak buku.
Desain sampul novel-novel Middle Grade tahun 2016 yang menurut saya keren ^^ |
Selain mempertimbangkan soal genre dan desain sampul, saya juga mempertimbangkan penulis... Ada beberapa penulis yang saya suka gaya tulisannya. Seperti Tolkien, Neil Gaiman, John Connolly, Marie Lu, Veronica Rossi, dan Lauren Oliver. Untuk Tolkien, saya baru memiliki trilogi The Lord of The Rings, The Hobbit, dan Tales From Perilous Realm, belum berniat mengoleksi semua bukunya, karena saya tidak yakin akan bisa segera membacanya. Karya Tolkien memang bagus, tapi membutuhkan lebih banyak waktu dan pikiran untuk mengonsumsinya, karena genre dia high fantasy. Saat ini saya tidak punya banyak waktu luang untuk itu.
Saat ini saya sedang ingin fokus mengumpulkan buku-bukunya Neil Gaiman... dan sedikit misuh karena dia cukup produktif... yang berarti bukunya ada banyak, dan uang yang diperlukan untuk mengumpulkannya juga harus banyak :))
Koleksi buku Neil Gaiman saya, per Februari 2016 |
Hmmm... ya? Kenapa saya tidak menyebutkan JK Rowling? Tidak, bukan berarti saya tidak menyukai dia. Saya suka kok serial Harry Potter, dan saya punya lengkap buku satu sampai tujuh... plus The Tales of Beedle The Bard, Quidditch Through The Ages, dan Fantastic Beasts. Tapi bagi saya, JK Rowling dan Harry Potter sudah terlalu mainstream, dan saya punya kecenderungan malas ikut meramaikan hal-hal yang sudah ramai :p
Akhir-akhir ini, jika ada waktu luang, saya suka menilik rak buku saya, dan memilah-milah lagi mana buku yang benar-benar layak koleksi dan mana yang sekiranya bisa dilepas. Sedih sih melepas buku... tapi lebih sedih lagi jika buku itu terlantar di rak buku saya... menguning dan berdebu. Koleksi yang saya simpan ingin saya perhatikan dengan lebih baik lagi. Diberi serap air untuk menangkal lembap dan jamur, dibungkus plastik untuk menangkal debu... Dan saya juga berencana membuat boks untuk buku-buku berseri. Semoga tahun ini ada waktu untuk merealisasikannya.
Nah, kalau dirimu, tipe yang mana, penimbun atau kolektor?
Atau dua-duanya? ^^