Tuesday 29 December 2015

Rekap Mizan Fantasi 2015

Hai kawan!

Sebentar lagi tahun akan berganti. Tentu, banyak yang telah terjadi di tahun 2015 ini. Salah satunya, saya secara resmi ditunjuk sebagai penanggung jawab Mizan Fantasi terbitan Mizan Pustaka (MP). Mizan Fantasi adalah merek yang dipakai untuk menerbitkan novel-novel bergenre fantasi oleh penerbit-penerbit di Grup Mizan (MP, Nourabooks, dan Bentang Pustaka).


Di tahun 2015 ini, Mizan Fantasi keluaran MP ada 14 buku, lebih banyak 4 buku dibandingkan dengan tahun lalu. Ada serial-serial yang sudah selesai semua buku diterbitkan, ada juga serial-serial baru yang tidak kalah seru. Buku-buku apa sajakah? Mari kita lihat satu persatu. :)

Januari 

Awal tahun 2015 dibuka dengan buku terakhir dari trilogi Delirium karya Lauren Oliver, yakni Requiem. Trilogi Delirium adalah salah satu kisah distopia, dengan dunia di mana segala jenis karya sastra dan seni dilarang, dan cinta dianggap sebagai suatu penyakit mematikan. Sebagai penyakit, cinta harus disembuhkan, karenanya pemerintah menciptakan obatnya. Ketika seseorang mencapai usia tertentu, dia harus disuntik obat ini. Berkat obat ini, orang menjadi tenang dan damai, bebas dari gejolak emosi. Tapi di sisi lain, orang itu juga menjadi hambar... dan menjalani kehidupan bagaikan zombi.

Tokoh utama dalam trilogi Delirium adalah Lena Haloway, seorang gadis yatim piatu yang terjangkit penyakit cinta. Dia membuat keputusan drastis ketika dihadapkan pada dua pilihan: disembuhkan dan menjalani kehidupan yang damai, atau kabur bersama kekasihnya Alex dan selamanya diburu oleh antek-antek pemerintah.


Buku 1: Delirium | GoodreadsTemanbuku 
Buku 2: Pandemonium | Goodreads | Temanbuku


Februari

Di bulan inilah buku Mizan Fantasi paling banyak terbit... ada 4 buku. Ada The Revenge of Seven, buku kelima dari serial Lorien Legacies. Serial karya Pittacus Lore (nama samaran) ini mengisahkan tentang beberapa alien dari Planet Lorien yang kabur ke bumi karena diburu oleh para Mogadorian (ras alien jahat). Para alien dari Lorien ini ada 9 orang, disebut Garde, dan dinamai sesuai urutan angka. Sesampainya di bumi, mereka berpencar ke seluruh penjuru dunia dan bersembunyi. Mogadorian tidak bisa membunuh mereka secara acak, harus secara berurutan dari satu sampai sembilan. Para Garde ini juga memiliki berbagai kekuatan super yang dapat membantu mereka mempertahankan diri dalam melawan Mogadorian.

Di buku pertama, I Am Number Four, Garde nomor Satu sampai Tiga telah tewas, dan nomor Empat berusaha mati-matian untuk bertahan hidup, dibantu oleh nomor Enam yang berhasil melacaknya. Muak karena terus-terusan sembunyi, mereka memutuskan untuk balik menyerang Mogadorian, dan untuk itu harus mencari para Garde lain untuk menggabungkan kekuatan.


Buku 1: I Am Number Four | Goodreads
Buku 2: The Power of Six | Goodreads
Buku 3: The Rise of Nine | Goodreads | Temanbuku
Buku 4: The Fall of Five | Goodreads | Temanbuku

Serial Lorien Legacies ini masih berlanjut, dan saat ini Mizan Fantasi sedang menggarap buku keenamnya, The Fate of Ten. Juga sudah ada bocoran judul dan desain sampul untuk buku ketujuh dan (katanya) terakhir, United As One. Kita tunggu saja :)

Untuk para penggemar Lorien Legacies, bisa juga mengobati rasa kangen dengan membaca cerpen-cerpen cerita sampingan dari serial ini, yang diberi nama The Lost Files. Cerpen-cerpen ini pada awalnya rilis hanya dalam bentuk e-book, namun kemudian dikumpulkan dan dijadikan buku. Mizan Fantasi telah menerbitkan The Lost Files: Six's Legacy sebagai bonus dari The Power of Six, The Lost Files: Nine's Legacy & The Fallen Legacies (dua cerpen yang digabungkan), serta yang terbit pada Februari 2015 ini, The Lost Files: Secret Histories

Secret Histories mencakup cerpen The Search for Sam, The Last Days of Lorien, dan The Forgotten Ones.


The Lost Files: Nine's Legacies & Fallen Legacies | Goodreads | Temanbuku

Buku Mizan Fantasi ketiga di Bulan Februari adalah Ignite Me karya Tahereh Mafi, buku terakhir dari trilogi Shatter Me. Trilogi ini juga merupakan kisah distopia, mengambil setting masa depan di mana dunia telah hancur dan dikuasai oleh pemerintah yang disebut Tatanan Baru. Kisah distopia ini sarat romansa, cinta segitiga menjadi salah satu konflik utama yang harus dihadapi oleh tokoh utama perempuannya, Juliette Ferrars.

Konflik lainnya yang dialami Juliette adalah fakta bahwa dia memiliki sentuhan yang mematikan. Orang yang dia sentuh akan tersetrum dan terpanggang hingga tewas. Karena dianggap berbahaya, Juliette dijebloskan ke rumah sakit jiwa dan dikurung di sel tersendiri. Namun suatu hari datang seorang pria yang membantunya meloloskan diri, dan setelah beberapa waktu, Juliette pun menyadari bahwa dia bukan satu-satunya manusia yang memiliki kekuatan supernatural. Dan bahwa dia diharapkan untuk bergabung untuk menggulingkan Tatanan Baru.


Buku 1: Shatter Me | Goodreads | Temanbuku
Buku 2: Unravel Me | Goodreads | Temanbuku

Buku keempat di Bulan Februari adalah The Walking Dead: The Rise of The Governor, karya Robert Kirkman dan Jay Bonansinga. The Walking Dead mengisahkan tentang dunia yang telah terinfeksi virus zombi, dan perjuangan segelintir manusia yang masih bertahan hidup. The Walking Dead pertama kali muncul sebagai novel grafis karya Robert Kirkman, kemudian diadaptasi menjadi serial televisi dengan judul sama. Setelahnya, barulah muncul kisah-kisah sampingan yang dirilis dalam bentuk novel.

The Walking Dead: The Rise of The Governor mengisahkan tentang masa lalu Sang Gubernur, tokoh antagonis yang muncul di serial TV The Walking Dead season kedua dan ketiga. Tokoh yang (bagi saya) menyebalkan setengah mati ini adalah pemimpin di sebuah kota kecil bernama Woodbury. Dia mungkin salah satu penjahat yang paling berkesan bagi para penggemar The Walking Dead. Dia terlihat karismatik, namun menyembunyikan masa lalu kelam yang membuatnya memiliki semacam kelainan jiwa.


April

Setelah Bulan Maret berlalu tanpa satu pun buku Mizan Fantasi rilis, Bulan April menyajikan sebuah buku luar biasa yang berjudul Elantris: The Curse of The Holy City. High fantasy karya Brandon Sanderson ini berdiri sendiri (bukan bagian dari serial), mengisahkan tentang Elantris, ibukota Arelon, kota suci dengan penduduk yang memiliki kemampuan sihir dan hidup abadi. Namun karena satu dan lain hal, kota ini dikutuk, para penduduknya menjadi penyakitan, berkeriput, dan tak berdaya. Elantris di ambang kehancuran.

Tersebutlah seorang putri bernama Sarene, yang datang ke Arelon untuk menikahi pangeran Raoden demi kepentingan politik. Malangnya, pangeran Raoden dikabarkan telah meninggal dunia, padahal sebenarnya dia diasingkan ke Elantris. Pangeran Raoden harus berupaya memusnahkan kutukan Elantris dan menyelamatkan Arelon dari serangan kaum Fjordell.


Juni

Bulan Mei sunyi sepi karena Mizan Fantasi tidak merilis satu buku pun. Baru pada Bulan Juni, muncul sebuah kompilasi cerpen distopia berjudul Shards and Ashes. Para penulis yang berkontribusi dalam buku ini rata-rata telah memiliki nama besar, seperti Veronica Roth (penulis trilogi Divergent), Beth Revis (penulis trilogi Across The Universe), Margaret Stohl (penulis serial Beautiful Creatures), dan Melissa Marr (penulis serial Wicked Lovely).


Agustus

Bulan Juli kembali sunyi sepi... dan di Bulan Agustus hanya rilis satu buku Mizan Fantasi, yakni Through The Ever Night karya Veronica Rossi, buku kedua dari trilogi Under The Never Sky. Mengusung genre distopia, trilogi ini mengisahkan bumi ketika lapisan ozon sudah retak dan disisipi substansi asing yang diberi nama aether. Aether membuat langit bergolak dan badai petir dapat terjadi sewaktu-waktu. Umat manusia terpecah menjadi dua jenis: para Penghuni yang hidup di dalam kubah-kubah perlindungan (pod), dan para Orang Liar yang hidup di alam terbuka. Kedua jenis manusia ini saling membenci.

Aria, seorang gadis Penghuni, difitnah melakukan kejahatan, lalu diusir dari pod-nya. Aria memutuskan untuk mencari ibunya yang tinggal di pod lain. Saat sedang berusaha bertahan hidup di dunia luar, Aria bertemu dengan salah satu Orang Liar, seorang pemuda bernama Perry. Perry ternyata sedang melarikan diri dari sukunya untuk mencari keponakannya yang diculik para Penghuni. Dengan berat hati, Aria dan Perry terpaksa bekerja sama untuk mencapai tujuan masing-masing. Setelah menghabiskan beberapa waktu bersama, muncul rasa sayang di antara mereka berdua.

Trilogi Under The Never Sky adalah salah satu kisah distopia yang saya suka. Kadar aksi dan romansanya pas, alur ceritanya cukup cepat dan enak diikuti. Saya sudah menulis ulasan yang cukup lengkap di sini.


Buku 1: Under The Never Sky | Goodreads | Temanbuku

September

Bulan ini mempertemukan para pembaca Mizan Fantasi dengan dua serial baru yang sama-sama seru. Saya sempat menulis sedikit ulasannya di blog ini. Serial yang pertama adalah Five Kingdoms karya Brandon Mull, dengan buku pertamanya yang berjudul Sky Raiders. Brandon Mull sebelumnya telah menulis serial Fablehaven dan Beyonders, dan dia terkenal dengan gaya berceritanya yang ringan dan asyik untuk diikuti, sangat cocok untuk remaja hingga dewasa.

Five Kingdoms berlatar belakang di sebuah dunia bernama Perbatasan. Sesuai judulnya, Perbatasan disokong oleh lima kerajaan. Dahulu, setiap kerajaan memiliki raja masing-masing, namun sekarang, kelima kerajaan dikuasai oleh seorang tiran. Entah apa sebabnya, muncul monster-monster yang meneror para penduduk di lima kerajaan. Dicurigai ini ada hubungannya dengan sang tiran. Bila keadaan terus berlangsung seperti ini, Perbatasan bisa hancur.

Tersebutlah seorang remaja bernama Cole Randolph. Pada Malam Halloween, Cole dan teman-temannya bermain ke sebuah rumah hantu. Malang, mereka malah diculik oleh segerombolan orang aneh dari dunia Perbatasan, dan hendak dijual sebagai budak. Cole dijual ke komplotan perompak, tapi bukan perompak biasa... Mereka menjarah kastel-kastel di atas awan. Kastel-kastel ini tercipta berkat sihir, dan setiap kastel memiliki bentuk dan isi yang berbeda. Ada yang diisi monster dan berbagai harta karun, ada juga yang kosong. Untuk itu, diperlukan seorang pengintai untuk menilai apakah sebuah kastel layak dijarah atau tidak. Bisa juga disebut tumbal, karena posisi pengintai adalah yang pertama menghadapi ancaman kematian. Cole ditugaskan sebagai pengintai.

Dalam hatinya, Cole bertekad untuk melarikan diri dari komplotan perompak, lalu entah bagaimana caranya dia ingin mencari dan menyelamatkan teman-temannya. Sementara itu, dia harus berjuang sebaik mungkin untuk bertahan hidup.


Serial kedua di Bulan September adalah The History Keepers karya Damian Dibben, dengan buku pertama berjudul The Storm Begins. Buku ini mengangkat tema penjelahan waktu. History Keepers adalah nama sebuah organisasi yang bertujuan untuk menjaga sejarah, mencegah orang-orang jahat mengubah sejarah (dan menguasai dunia).

Seperti halnya dalam Five Kingdoms: Sky Raiders, The History Keepers: The Storm Begins juga memiliki tokoh utama remaja pria. Namanya Jake Djones. Selama ini Jake tidak tahu bahwa orang tuanya adalah agen-agen History Keepers. Ketika orang tuanya dinyatakan hilang dalam sebuah misi, mau tidak mau Jake dipaksa terlibat dengan organisasi rahasia ini. 


Kedua buku di Bulan September ini memiliki kadar aksi yang lebih banyak daripada kadar romannya. Jadi, sekali lagi, ini bacaan yang cocok untuk remaja, dan untuk orang dewasa yang menginginkan bacaan ringan nan seru.

Oktober

Di bulan ini, ada dua buku yang diterbitkan Mizan Fantasi. Yang pertama adalah The Last Dragonslayer karya Jasper Fforde, yang mengambil tema sihir dan naga dengan setting dunia modern (bukan kerajaan kuno). Ceritanya, kadar sihir di dunia modern ini sudah sangat menipis, sehingga para penyihir harus bertahan hidup dengan melakukan pekerjaan remeh temeh seperti pesan antar menggunakan karpet terbang, atau perbaikan pipa rumah tanpa harus bongkar tembok.

Tokoh utama dalam The Last Dragonslayer adalah gadis remaja bernama Jennifer Strange. Dia anak terlantar yang bekerja di sebuah agensi penyihir. Jennifer yang khawatir dengan kondisi sihir saat ini, curiga bahwa ini ada hubungannya dengan satu-satunya naga yang masih hidup di dunia. Ada ramalan yang beredar bahwa naga itu akan segera tewas, dibunuh oleh seorang Pembantai Naga. Jennifer bertekad untuk mematahkan ramalan ini, karena dia curiga bahwa jika naga terakhir tewas, sihir pun akan musnah dari dunia. Tapi bagaimana cara Jennifer mematahkan ramalan ini? Apalagi ketika semua orang menginginkan naga itu tewas.

The Last Dragonslayer minim romansa, tidak terlalu banyak aksi, tapi alur ceritanya amat mulus dan diperkaya dengan humor yang menyegarkan. Karena buku ini tidak terlalu tebal, bisa dibaca dalam sekali duduk.


Buku kedua di Bulan Oktober adalah buku terakhir dari trilogi Under The Never Sky, yakni Into The Still Blue. Harus saya akui bahwa saya sangat senang bisa menyelesaikan serial ini, apalagi akhir ceritanya amat memuaskan.

Dalam Into The Still Blue, Aria dan Perry berjuang mencari sebuah tempat bernama Still Blue, satu-satunya tempat aman di dunia, di mana langit masih bersih, bebas aether. Mereka harus meyakinkan para Penghuni dan Orang Liar untuk mau bekerjasama demi mencapai tujuan itu. Bukan tugas yang mudah tentunya, mengingat kedua kaum ini sudah saling benci selama bertahun-tahun.


Buku 1: Under The Never Sky | Goodreads | Temanbuku
Buku 2: Through The Ever Night | Goodreads | Temanbuku

November 

Bulan ini hanya satu buku yang terbit, sebuah seri baru karya Marie Lu yang sebelumnya telah sukses dengan trilogi Legend. Judulnya adalah The Young Elites. Sejak pertama kali membaca buku ini, saya langsung jatuh cinta, karena tokoh-tokohnya memiliki karakter yang kuat, dan secara keseluruhan nuansa ceritanya gelap.

The Young Elites berlatar belakang kerajaan kuno, dengan gaya setipe renaisans.  Beberapa tahun sebelum kisah dimulai, seluruh negeri dilanda wabah berdarah yang menelan banyak sekali korban. Segelintir orang yang berhasil selamat dari wabah ini jadi memiliki keanehan fisik. Adelina Amouteru salah satunya. Gadis muda ini kini kehilangan sebelah matanya, dan rambutnya menjadi sewarna perak.

Orang-orang yang berhasil selamat dari wabah berdarah ini lalu dijuluki malfetto dan direndahkan oleh masyarakat. Sebagian dari mereka juga ternyata jadi memiliki beragam kemampuan supernatural, dan bisa menggunakannya untuk membunuh orang dengan mudah. Tanpa dia sadari, Adelina pun memiliki kemampuan ini... dia memiliki kemampuan untuk menciptakan ilusi. Dia kemudian ditemukan oleh pemimpin sebuah perkumpulan rahasia bernama Dagger Society, dan diajak bergabung. 

Berhubung Adelina disiksa lahir batin oleh ayah kandungnya selama bertahun-tahun, ada kegelapan dalam dirinya yang selalu menuntut untuk balas dendam. Walaupun Adelina sudah berusaha keras menekannya, kegelapan itu mewujud dalam ilusi-ilusi yang dia ciptakan. Pada akhirnya, dia mengalami kesulitan untuk menunjukkan kesetiaan dan kebaikan yang orang-orang harapkan darinya.

Desember

Di bulan terakhir tahun 2015 ini juga hanya terbit satu buku, yakni The Walking Dead: The Road to Woodbury. Ini adalah kelanjutan dari The Walking Dead: The Rise of The Governor, tapi bisa juga dibaca secara terpisah, karena tokoh utamanya berbeda, dan alur ceritanya tidak langsung meneruskan alur cerita buku pertama.

Dalam The Road to Woodbury, pembaca dibawa mengikuti petualangan seorang gadis muda bernama Lily Caul, bersama dengan beberapa orang temannya sesama penyintas. Mereka tiba di kota Woodbury yang telah dipimpin oleh Sang Gubernur. Pada awalnya, kota ini bagaikan sebuah suaka sempurna dari serangan para zombi, namun lambat laun Lily menyadari ada yang tidak beres, terutama dalam diri Sang Gubernur. Pria karismatik itu memiliki kegemaran yang tidak wajar terhadap kekerasan. Lily berusaha menyakinkan teman-temannya untuk pergi dari Woodbury secepat mungkin, tapi teman-temannya terlanjur terjerat oleh karisma Sang Gubernur. 

Goodreads | Temanbuku

Buku 1: The Rise of The Governor | Goodreads | Temanbuku

Oke. Kisah invasi zombi ini menutup tahun 2015 bagi Mizan Fantasi. Terima kasih banyak kepada semua pembaca setia Mizan Fantasi! Dukungan kalian terus memacu Mizan Fantasi untuk menerbitkan buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau. Semoga tahun depan akan menjadi tahun yang lebih baik bagi industri buku pada umumnya, dan buku fantasi khususnya.

Sebelum saya pamit, sepertinya kurang afdol kalau saya tidak memberikan sedikit bocoran buku Mizan Fantasi yang akan terbit tahun 2016. Ada favorit kawan-kawan di antaranya?


Sampai jumpa lain waktu, dan selamat melanjutkan aktivitas tengah minggu :)

Monday 21 December 2015

Jurnal Mewarnai I - Buku-Buku Mewarnai Favorit

Prakata

Menggambar dan mewarnai adalah salah satu hobi yang tak lagi saya tekuni sejak lulus bangku SMA. Perkuliahan yang mengharuskan saya untuk lebih banyak membaca, dan hilangnya kawan-kawan yang memiliki minat sama dalam hal ini, membuat saya membiarkan tumpukan kertas bergambar dan sejumlah pensil warna terbengkalai di rak buku. Namun, setiap kali bertandang ke toko peralatan tulis, saya tak pernah luput mengagumi deretan alat mewarnai... bahkan membelinya, meskipun tak tahu kapan akan menggunakannya.

Jadi, senang sekali rasanya ketika muncul kesempatan untuk kembali mewarnai, melalui munculnya buku-buku mewarnai untuk dewasa, dengan gambar-gambar yang kompleks dan indah. Benar kata Johanna Basford, selembar kertas kosong bisa membuat malas untuk memulai, tapi jika sudah ada gambarnya, dan kita tinggal mewarnai, tentu akan lebih mudah.

Dari Secret Garden

Terkadang ada perasaan was-was dan segan, bagaimana jika setelah diwarnai, saya malah merusak keindahan gambar yang telah ada? Bagaimana jika paduan warna yang saya gunakan ternyata tidak sedap dipandang? Yah, saya berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran negatif seperti itu dan mulai saja mewarnai. Saya pikir ini bisa disiasati dengan melihat berbagai hasil gambar yang sudah diwarnai sebagai inspirasi (bisa dicari di Instagram atau Pinterest), bahkan ada juga yang mengunggah video berbagai teknik mewarnai, seperti @madame_color.

Lalu, jangan terlalu membanding-bandingkan hasil mewarnai sendiri dengan hasil orang lain, karena setiap orang memiliki gaya yang berbeda dan pengalaman serta kemampuan artistik yang berbeda. Jangan bandingkan diri dengan ilustrator kawakan. Nikmati saja kegiatan mewarnai itu sendiri. Cobalah berbagai gaya dan teknik, coba berbagai jenis alat mewarnai. Jangan jadikan mewarnai sebagai beban, ini seharusnya menjadi hobi yang menyenangkan :)

Buku Mewarnai yang Saya Miliki

Sejauh ini saya telah memiliki empat buku mewarnai. Yang pertama kali saya beli adalah Secret Garden karya Johanna Basford, kemudian The Color of Art terbitan Hutamedia, lalu The Lost Ocean karya Johanna Basford, dan yang terakhir The Time Chamber karya Song Daria. Kecuali The Color of Art, semua buku ini saya pesan melalui Periplus Online, karena semuanya terbitan luar negeri.


Secret Garden adalah yang paling memuaskan bagi saya, secara konten dan kemasan. Saya telah menulis artikel lebih lengkap tentang buku ini, beserta segala kelebihannya, di Sekeping Es. Saya juga telah berkomitmen untuk mewarnai secara berurutan dari halaman pertama, dan sejauh ini saya telah selesai mewarnai hingga halaman 17.


Color of Art saya beli sekadar untuk memuaskan rasa penasaran akan kualitas bukunya. Penerbit buku ini mengeluarkan beberapa buku mewarnai dalam waktu nyaris bersamaan... hebat sekali. Padahal saya pikir membuat satu buku mewarnai saja sudah cukup sulit dan memakan waktu. Yah, ternyata isinya diambil dan dikumpulkan dari Freepik dan Shutterstock. Pantas saja cepat.

Saya kurang berminat mewarnai buku ini sampai selesai, lagipula bukunya sedang dipinjam teman kantor, untuk referensi. Oh iya, ulasan lebih lengkap tentang Color of Art bisa dibaca di sini.


Lost Ocean adalah buku mewarnai ketiga karya Johanna Basford. Berbeda dengan Secret Garden dan Enchanted Forest (buku keduanya), Lost Ocean diterbitkan oleh Penguin. Jelas kemasannya sedikit berbeda. Warna kertasnya lebih putih. Binding-nya dilem, bukan dijahit... Hiks.


Saya baru sempat sedikit mewarnai halaman nama saja, senang karena akan banyak memadukan warna biru, hijau, dan toska. Saya juga iseng-iseng memulas latar belakang gambar dengan... eye shadow. Habisnya, saya kalau beli eye shadow cuma karena suka melihat warnanya... jarang saya pakai (memang malas pakai make-up). Daripada eye shadow itu menganggur (dan kedaluarsa), ya saya pakai untuk mewarnai saja :p Diaplikasikannya pakai jari.


Buku keempat yang saya beli, The Time Chamber, adalah karya ilustrator asal Korea, Song Daria. Faktor yang membuat saya memilih buku ini adalah karena bukunya memiliki alur cerita dan ada tokoh berbentuk manusia (peri yang menyerupai gadis kecil).

Buku Mewarnai yang Ingin Saya Miliki

Saat ini hanya ada dua buku mewarnai lagi yang membuat saya penasaran, dan kebetulan keduanya karya ilustrator asal Filipina :D Yang pertama adalah Animorphia karya Kerby Rosanes, dan yang kedua adalah Around the World With Googly Gooeys.

Saya pertama kali berkenalan dengan karya-karya Kerby Rosanes lewat akun Instagramnya yang ditunjukkan oleh Mbak Esti (rekan kerja saya).


sumber: thedesignerwall.com
Di dalam Animorphia, Kerby memadukan gaya doodle dan realisme, dan itulah yang membuat karyanya unik dan saya sangat tertarik ^^.


Googly Gooeys adalah karakter yang diciptakan oleh sepasang suami istri, Ponggo dan Tippy Go. Saya bertemu dengan Tippy pada acara KLTCC 2015, saat dia berkunjung ke stan Mizan dan memberikan kartu namanya. Tippy mewakili komunitas ilustrator Filipina. Kami juga sedikit berbincang-bincang tentang buku dan ilustrasi.

Tertarik dengan gaya ilustrasi Googly Gooeys yang lucu dan unik, saya pun mulai mengikutinya di Twitter dan Instagram. Dari Instagram pula saya mengetahui tentang rilisnya buku mewarnai ini :D


Oh iya, saat ini Tippy sedang mengandung anak pertamanya dan akan segera melahirkan. Semoga semua prosesnya lancar!

Penutup

Beberapa kawan bertanya pada saya, apa yang saya gunakan untuk mewarnai, dan saya biasanya menjawab singkat-singkat saja sesuai pengetahuan saja yang cuma sedikit dalam dunia warna-mewarnai. Di Jurnal Mewarnai berikutnya saya akan membahas alat-alat apa saja yang saya gunakan untuk mewarnai. Sampai jumpa, dan semoga harimu menyenangkan :)

Tuesday 10 November 2015

Bersiap Menyambut Gadis Pencipta Ilusi dan Para Zombi

Selamat siang kawan-kawan :)
Bulan November sudah seminggu lebih berlalu, tapi saya baru sempat menulis artikel di blog... itu pun pilih bahan yang mudah saja: contekan buku yang akan terbit dari Mizan Fantasi :D

Habis bagaimana ya... akhir-akhir ini hujan terus. Sekalipun saya suka hujan, tapi hawanya jadi membuat saya ingin malas-malasan terus, apalagi kalau habis kehujanan, badan jadi lebih lelah... Haha... #alasan :p

Mizan Fantasi!
Mana suaranya, para penggemar novel-novel fantasi? :D
Langsung saja ke contekan buku pertama...

cover preview, not final version.
Kawan-kawan pasti sadar kan banyak huruf "s" yang hilang... hihi.

The Young Elites

Penulis: Marie Lu
Penerjemah: Prisca Primasari


Semua orang ketakutan. Malfetto adalah jelmaan iblis.

Wabah berdarah yang nyaris memusnahkan semua penduduk negeri, memunculkan kengerian baru. Segelintir orang yang selamat menjadi malfetto, orang-orang terkutuk. Apalagi mereka memiliki kekuatan supernatural dan dapat membunuh sesuka hati. Kerajaan membentuk pasukan inkuisisi untuk memburu mereka karena dianggap berbahaya dan mengancam pemerintahan.

Kehidupan Adelina Amouteru berubah total ketika dia kehilangan mata kirinya dan rambutnya berubah sewarna perak. Dia malfetto. Sang ayah yang merasa malu, berusaha menjualnya. Adelina menolak dan berusaha kabur. Malangnya, dia tertangkap oleh pasukan inkuisisi dan hendak dijatuhi hukuman mati. Pada hari eksekusi, seorang pemuda misterius bernama Enzo menyelamatkan Adelina. Ternyata Enzo adalah pemimpin Dagger Society, sekelompok Elite Muda yang berencana menggulingkan pemerintahan. Karena tidak punya pilihan lain, Adelina bergabung dengan mereka. Namun ketika tiba waktunya melakukan kudeta, Adelina dihadapkan pada pilihan sulit: mengkhianati Dagger Society atau mengkhianati adik perempuannya sendiri. Apa pun yang dipilihnya, kematian mungkin menunggunya.

Kanan: Marie Lu
Kiri: desain sampul The Young Elites versi Putnam

The Young Elites adalah buku pertama dari trilogi, buah pena Marie Lu yang sebelumnya telah sukses dengan trilogi Legend-Prodigy-Champion. Bisa dibilang The Young Elites memiliki atmosfer yang lebih dewasa dan gelap. Sepanjang cerita, tokoh utamanya terus berperang dengan kegelapan di dalam dirinya.

Saya pribadi lebih suka The Young Elites dibandingkan dengan trilogi Legend. Walaupun bagian-bagian awal agak membosankan dan menyebalkan (karena Adelina seperti remaja galau nan plin plan), menjelang akhir saya jadi berdebar-debar dan gregetan. Tidak sabar untuk segera membaca buku selanjutnya, dan mengenal lebih jauh tokoh-tokoh baru yang sedikit disebut di akhir cerita.

Adelina Amouteru
Sketsa karya Marie Lu

The Rose Society, sekuel dari The Young Elites, baru saja terbit di Amerika, dan saya sedang menunggu bukunya datang agar bisa segera diproses.

Jika kedua buku lanjutan The Young Elites juga sukses membuat saya terkesan, sepertinya saya akan menjadikan Marie Lu salah satu penulis favorit sepanjang masa, dan saya akan selalu menantikan karya-karya barunya (serta membelinya, tentu!).

Tambahan info, Marie Lu mahir menggambar, dan dia selalu membuat sketsa tokoh-tokoh dalam cerita yang dia tulis. Coba deh main ke akun Pinterest Marie Lu. Di situ juga ada gambar-gambar yang menginspirasi Marie Lu dalam menulis trilogi The Young Elites. Oh iya, jangan dibaca komentar-komentar orang di situ, kalau khawatir terkena spoiler.


Sekarang kita ke contekan buku kedua ya...

cover preview, not final version.

The Walking Dead: The Road to Woodbury

Penulis: Robert Kirkman & Jay Bonansinga
Penerjemah: Maria Lubis

Dunia sudah di ambang kiamat. Mayat-mayat hidup merajalela dan memangsa mereka yang masih bertahan hidup. Setelah diusir dari sebuah kelompok penyintas, Lilly Caul dan beberapa orang temannya tiba di Woodbury untuk mencari suaka. Pada pandangan pertama, kota yang dipimpin oleh Sang Gubernur, Phillip Blake, ini nampak sebagai tempat sempurna. Tapi tak butuh waktu lama bagi Lilly untuk menyadari bahwa ada kebusukan di baliknya.

Para penduduk Woodbury dilanda ketakutan dan dikuasai amarah terpendam yang sewaktu-waktu dapat memicu pertarungan hingga mati. Mereka tidak hanya membantai para zombi, tapi juga tega membunuh sesama manusia. Sang Gubernur hanya menyaksikan semua ini sembari tersenyum misterius. Lilly yang muak pada cara Sang Gubernur memerintah, mengumpulkan sekutu untuk melakukan kudeta. Dan semua nyaris berjalan lancar, hingga muncul serangan zombi besar-besaran. Bisakah Lilly dan teman-temannya menyelamatkan diri dari kekacauan ini?

___________________________________________

Ini lanjutan dari The Walking Dead: The Rise of The Governor, karena masih menceritakan tentang Sang Gubernur dan kota Woodbury yang sekarang dia pimpin. Di buku pertama kita disajikan masa lalu kelam Sang Gubernur, dan apa yang membuatnya menjadi seseorang berdarah dingin. Di buku kedua ini, kita akan melihat lebih banyak kegilaan Sang Gubernur, termasuk awal mula dia membuat acara duel manusia melawan zombi sebagai hiburan warga yang haus akan kekerasan.

Sang Gubernur dalam serial TV The Walking Dead
Sumber: dailymail.co.uk

Berhubung novel ini berkaitan dengan cerita di serial televisinya, saya sarankan untuk menontonnya juga, terutama season 2 dan 3, di mana Sang Gubernur muncul. Saya pribadi sangat membenci tokoh ini... cerita masa lalunya entah kenapa tidak membuat saya bersimpati. Dan ini berarti...dia sukses sebagai seorang penjahat.

The Walking Dead: The Road to Woodbury sarat aksi dan kekerasan, tapi juga ada dramanya. Selalu, kita dibuat mempertanyakan hilangnya kemanusiaan. Tidak perlu muncul zombi, sekarang saja kemanusiaan sudah menjadi hal yang langka. Jika kita menunjukkan sisi kemanusiaan, kita akan dimangsa oleh orang-orang egois yang hanya akan memanfaatkan kebaikan kita. Selalu, kita dibuat berpikir untuk bersikap lebih hati-hati dalam memilih sekutu. Mungkin, sudah tidak ada lagi yang namanya "jangan pilih-pilih teman" atau "memperlakukan orang tanpa pandang bulu."


Semoga kedua buku ini bisa rilis sebelum akhir tahun.
Salam Mizan Fantasi! :)

Thursday 22 October 2015

Monster dan Hantu dari Masa Lalu

Assalamualaikum.
Selamat hari Kamis, kawan-kawan!

Tak terasa, sudah menjelang akhir Oktober... (kapan gajian?? #eh)
Dan akhir Oktober itu ada apa? Ya, ada Halloween, yang identik dengan segala hal berbau horor. Hmmm... saya merasa merinding dan bersemangat secara bersamaan.

Untuk menyambut Halloween tahun ini, Qanita Classics menyiapkan dua buku horor untuk para pembaca. Hohoho... novel klasik tidak melulu tentang roman ya. Nah, buku horor apa saja itu? Ayo kita intip sedikit...

Cover Preview, not final version.

FRANKENSTEIN

Penulis: Mary Shelley
Penerjemah: Reinitha Lesmana

Terkutuk kau penciptaku! 
Mengapa kau buat monster yang sangat buruk rupa, sehingga kau sendiri berpaling karena jijik? 
Setan sekalipun masih dikagumi dan didukung oleh kawan-kawannya sesama iblis, 
sedangkan aku seorang diri dan dibenci.

Terobsesi dengan asal muasal kehidupan, seorang ilmuwan bernama Victor Frankenstein mencari cara untuk memberi nyawa pada benda mati. Pemuda cerdas ini menciptakan manusia dari potongan-potongan mayat yang dia curi. Namun di luar dugaan, makhluk yang dia beri nyawa ternyata amat buruk rupa. Makhluk itu bukan manusia, melainkan monster! Didorong rasa takut dan benci, Frankenstein meninggalkan monster itu sendirian.

Sang monster merasa kesepian dan tersiksa, dikucilkan manusia dan ditelantarkan penciptanya. Hatinya yang polos menjadi jahat dan penuh amarah. Dia bertekad membalas dendam kepada Frankenstein dengan cara membunuh semua orang yang dia sayangi.



Mary Shelley menulis Frankenstein di usia 18 tahun. Dan kini, selama lebih dari seabad, Frankenstein telah menginspirasi banyak film, acara televisi, video game, komik, dan karya-karya lainnya. Monster Frankenstein telah menjadi salah satu ikon terkenal dalam fiksi horor.


Cover preview, not final version.

THE LEGEND OF SLEEPY HOLLOW
and Other Horror Stories

Penulis: Washington Irving, Edgar Allan Poe, Nathaniel Hawthorne, Henry James.
Penerjemah: Antie Nugrahani, Maria Renata

Sleepy Hollow terkenal suram dan dihantui oleh penunggang kuda tanpa kepala. Namun, reputasi buruknya tidak menyurutkan niat Ichabod Crane untuk datang dan melamar Katrina Van Tassel, putri semata wayang keluarga kaya raya di kota ini. Suatu malam, sebelum Ichabod mencapai tujuannya, dia bertemu dengan hantu penunggang kuda tanpa kepala yang dibicarakan orang-orang. Ichabod berusaha melarikan diri, tapi hantu itu mengejarnya, bertekad untuk mencabut nyawanya.

Selain The Legend of Sleepy Hollow, ikuti pula kisah mencekam tentang hari-hari terakhir seorang pria menjelang ajalnya dalam The Fall of The House of Usher, taman misterius nan mematikan dalam Rappaccini's Daughter, pembalasan dendam dalam The Cask of Amontillado, dan seorang guru muda yang berusaha menyelamatkan dua orang muridnya dari cengkeraman hantu dalam The Turn of The Screw.


Kawan-kawan penggemar buku klasik sepertinya sayang deh kalau melewatkan seri horor ini. Dan para penggemar buku horor (seperti saya ^^) juga patut tahu nenek moyang kisah-kisah horor masa kini. Nah, kira-kira selanjutnya buku apalagi yang akan Qanita Classics terbitkan? :D

Friday 2 October 2015

Mari Menjelajah Waktu dan Mengunjungi Kastel-Kastel di Atas Awan

Halo Oktober!
Halo akhir pekan!
Halo kawan-kawan semua!

Pada akhir Sepetember kemarin, Mizan Fantasi merilis dua novel terbarunya: Five Kingdoms: Sky Raiders, dan The History Keepers: The Storm Begins. Kedua kisah petualangan ini amat cocok untuk menemani akhir pekanmu. Kamu tinggal pilih, ingin menjelajah waktu dan menyaksikan peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah, atau berkelana di dunia ajaib penuh kastel di atas awan?


Five Kingdoms: Sky Raiders

Oleh Brandon Mull

Goodreads | temanbuku | bukukita


Sebentar lagi Halloween kan... nah, hati-hati kalau main ke rumah hantu... Bisa-bisa kamu terjerumus ke dalam portal menuju dunia lain, seperti yang dialami oleh Cole dan kawan-kawannya. Maksudnya bukan dunia lain dunianya para hantu ya... tapi dunia yang berada di antara kenyataan dan mimpi, dunia antara hidup dan mati, dunia yang disebut Perbatasan.

Perbatasan disangga oleh lima kerajaan, dan masing-masing kerajaan punya keunikan... tapi dalam Sky Raiders baru satu kerajaan yang dieksplorasi.

Oke, balik ke ceritanya. Jadi, Cole dkk. diculik oleh segerombolan cecunguk Perbatasan yang berniat menjual mereka sebagai budak. Cole berusaha kabur dan membebaskan kawan-kawannya, tapi gagal. Sebagai hukuman, dia malah dijual duluan, ke tangan seorang perompak langit.

Apa sih perompak langit? Begini, di Perbatasan, ada kastel-kastel di atas awan-awan yang terus bergerak dari satu tubir ke tubir lainnya. Di dalam kastel yang berbeda bentuk dan ukuran ini, tersimpan berbagai harta karun, beserta monster-monster yang menjaganya. Para perompak langit kerjaannya menjarah kastel-kastel tersebut.

Cole pun diseret ke markas para perompak langit dan diberi tugas paling berbahaya: dia harus jadi orang pertama yang masuk ke kastel dan mengintai, melihat apakah ada harta yang bisa dijarah, dan apakah monster penjaganya bisa dihadapi atau tidak.

Untuk sementara, Cole bertahan bersama para perompak langit, tapi dia terus mencari celah untuk kabur dan pergi menyelamatkan kawan-kawannya. Di markas, Cole berkenalan dengan seorang gadis bernama Mira, yang ternyata memiliki misi dan tujuan rahasia. Mereka pun membuat kesepakatan untuk saling membantu mencapai tujuan masing-masing. Meskipun kesepakatan ini bisa dibilang berat sebelah, karena tujuan Mira adalah mengembalikan keseimbangan di Lima Kerajaan, yang saat ini berada dalam cengkeraman seorang tiran.

Selanjutnya, bacalah sendiri bukunya :)


Sky Raiders penuh dengan aksi dan pengalaman seru, sementara kadar percintaannya sangat sedikit. Memang ada taksir-menaksir, tapi cuma sebatas itu saja. Tokoh-tokoh yang ada memiliki kepribadian yang cukup menarik, dan dinamika antar tokoh juga bagus. Bersiaplah untuk memasuki wilayah abu-abu, karena kadang tidak jelas siapa kawan dan siapa lawan.

Berhubung judul serialnya Five Kingdoms, bisa kita asumsikan akan ada lima buku dalam serial ini. The Rogue Knight dan Crystal Keepers sudah dirilis versi Bahasa Inggrisnya, sedangkan Death Weavers baru akan dirilis Maret 2016 nanti.


The History Keepers: The Storm Begins

Oleh Damian Dibben


Sebaik apa kau mengenal keluargamu? Apa kau benar-benar tahu apa pekerjaan kedua orang tuamu?
Jake, tokoh utama dalam History Keepers, sepertinya tidak tahu. Dia pikir orang tuanya cuma melakukan perjalanan kerja biasa, dan tidak ambil pusing ketika mereka tidak memberi kabar selama beberapa waktu. Jake tidak tahu kalau orang tuanya dinyatakan hilang. Dan bukan cuma hilang di mana, tapi juga di tahun berapa!

Hah? Maksudnya?
Yah, ternyata kedua orang tua Jake adalah agen rahasia organisasi History Keepers, orang-orang yang dapat menjelajah waktu dan bertugas mencegah para penjahat mengubah sejarah. Kalau sejarah berubah, wah... bisa kacau. Bisa saja orang-orang macam Hitler masih hidup dan berbuat semena-mena.

Sekarang, walaupun belum sepenuhnya siap, mau tak mau Jake ikut ambil bagian dalam penjelajahan sejarah dalam arti yang sebenarnya. Dia harus ikut mencari orang tuanya, dan dalam prosesnya, juga ikut upaya menggagalkan rencana Keluarga Zeldt untuk mengubah sejarah.

Bukan sesuatu yang mudah, karena banyak hal yang harus Jake pelajari sambil jalan. Ada kawan-kawan yang harus dimenangi kepercayaannya, dan ada musuh-musuh dalam selimut, tentu saja. Ada rahasia-rahasia menyakitkan yang seharusnya mungkin tak terungkap, dan ada secarik rasa cinta yang muncul tiba-tiba.

History Keepers membuat kita belajar sejarah dengan cara yang seru dan menyenangkan. Kira-kira, apakah kamu mau menjadi agen History Keepers? Menjelajahi sejarahnya mungkin asyik, tapi mempertaruhkan nyawa untuk melawan para penjahat... hmmm... membuat kita berpikir dua kali deh.


Baiklah, selamat membaca dan semoga akhir pekanmu menyenangkan! :)

Tuesday 15 September 2015

Obrolan Urban Bersama Seno Gumira

ur·ban 
1 a berkenaan dng kota; bersifat kekotaan; 
2 n orang yg berpindah dr desa ke kota;

Assalamualaikum.
Selamat hari Selasa :)
Pagi ini, perjalanan saya dari rumah ke kantor masih diwarnai kemacetan, tapi tidak semacet kemarin (hari Senin). Walaupun banyak orang bilang kota Bandung sudah semakin sumpek dan macet, dan saya pun setuju, tapi saya masih bersyukur karena kemacetannya tidak (atau mungkin belum?) separah di kota Jakarta.

Jakarta dan kemacetannya adalah salah satu bahasan dalam acara Obrolan Urban bersama Seno Gumira Ajidarma di Kineruku pada hari Jumat, 11 September kemarin. Moderator acara ini adalah Mas Zen RS, seorang penulis dan blogger (bukunya diterbitkan oleh Bentang Pustaka).


Namanya juga ngobrol, jadi ya bahasannya melebar kemana-mana. Yang jelas, tetap dalam ruang lingkup urban. Sejujurnya, saya hanya menangkap sekilas-sekilas apa yang diobrolkan, karena saya duduk di bagian belakang dan malah asyik mengobrol sendiri dengan rekan di kiri dan kanan saya :p *disambit sandal jepit*

Sebelah kiri Mas Zen RS, sebelah kanan Mas Seno Gumira.
Materi kuliah #eh

Sebelum acara dimulai, Mas Zen membagikan empat lembar bahan bacaan sebagai pengantar obrolan. Mirip kuliah aja deh :)) Di dalamnya tercantum sebuah kutipan Mas Seno yang saya rasa layak untuk direnungkan:
"...menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat ke kantor, tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat, dan kehidupan seperti mesin, yang hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa."
Betapa menyedihkan! Apakah kamu mau menjadi orang seperti itu?
Ah, sekali lagi saya bersyukur karena bisa dibilang saya bekerja di industri kreatif, bisa dibilang pekerjaannya tidak monoton dan membosankan. Walaupun sebagai manusia yang pada hakikatnya tidak pernah puas, terkadang rasa bosan itu datang juga. Jalan keluarnya, cari sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan.

Tiada Ojek di Paris

Goodreads | temanbuku

Materi dalam buku inilah yang menjadi pokok bahasan dalam Obrolan Urban. Buku ini berisikan kumpulan esai tulisan Mas Seno Gumira. Mengutip materi kuliah Mas Zen:
Nyaris semua esai di buku ini menyodorkan persoalan demi persoalan dalam kehidupan urban. Dan esai-esai di buku ini jarang sekali menyodorkan jalan keluar--sebab memang bukan itu tujuannya. Esai-esai di buku ini, rasa-rasanya, lebih tepat diperlakukan sebagai ajakan untuk ngobrol ngalor-ngidul perihal pengalaman menjadi manusia urban, entah itu sebagai Jakartanesis atau Bandoenger atau warga di kota mana pun yang sedang menghadapi persoalan-persoalan serupa.

Sudah jelas, Tiada Ojek di Paris adalah buku non-fiksi, dan saya bukan pembaca buku non-fiksi, jadi saya belum membacanya :p Buku ini dijual pada saat acara berlangsung, tapi jumlahnya terbatas, karena stoknya sedang kosong dan cetak ulangnya belum selesai. Alhamdulillah, bukunya habis terjual, sampai beberapa orang tidak kebagian.

Buku-buku Seno yang dijual di acara.

Selesai obrolan, ada sesi tanda tangan buku dan foto bersama Mas Seno. Saya lupa bilang, pesertanya ada sekitar 60-70 orang, melebihi perkiraan, jadi tempatnya lumayan penuh, dan tidak semua orang kebagian kursi. Ada yang terpaksa berdiri atau duduk di tangga. Sewaktu sesi tanda tangan pun antriannya lumayan panjang. Ada orang yang membawa setumpuk buku Seno...mungkin ada lebih dari 10 buku, dan Mas Seno dengan sabarnya menandatangani semuanya!

Suasana acara. Semakin sore, semakin banyak pesertanya!
Minuman dan cemilan sore yang tersedia laris manis juga ^_^

Kineruku

Berhubung tidak banyak yang bisa saya tulis tentang materi Obrolan Urban, saya mau bahas sedikit tentang tempat acara ini dilangsungkan ya. Nama tempatnya Kineruku, lokasinya di Hegarmanah, Bandung. Sepertinya awalnya ini adalah perpustakaan pribadi yang kemudian dibuka untuk umum. Tempatnya asri dan asyik sekali untuk dipakai nongkrong. Para pencinta buku pasti betah deh berada di sini. Selain bisa duduk-duduk sambil baca buku, bisa pesan minuman dan makanan juga loh.

Sebelum tempatnya penuh sesak oleh peserta acara, foto-foto dulu dong :))

Simpulan dari acara ini adalah, kegiatan mengobrol itu penting, walaupun yang diobrolkan mungkin tidak penting. Obrolan semacam ini adalah selingan menyenangkan di tengah kehidupan yang begitu serius dan menuntut kita untuk selalu mencapai dan menghasilkan sesuatu. Lain kali, kita ngobrol lagi ya! :D

Monday 7 September 2015

IIBF 2015 Daebak!

Hari Minggu, 6 September 2015 kemarin, saya berkunjung ke Indonesia International Book Fair (IIBF) bersama dengan rekan-rekan kantor. Tujuan utamanya adalah untuk membantu acara Fantasi Vaganza, sedangkan jalan-jalan dan lihat bukunya itu bonus. Hehe.

Pintu masuk IIBF 2015

Tahun ini, untuk pertama kalinya IIBF diadakan di JCC (Jakarta Convention Center), setelah tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan di Gelora Bung Karno yang sumpek dan panas itu. JCC tempatnya lebih enak, jadi tak heran kalau sewanya juga lebih mahal. Walhasil, IIBF kali ini waktu pelaksanaannya lebih singkat, cuma 5 hari. Syukurnya, tidak ada tiket, alias masuknya gratisss.

Tamu kehormatan IIBF 2015 adalah Korea, dan menurut saya mereka memanfaatkan kesempatan ini dengan sangat baik, terbukti dari desain stan yang menarik dan bersih, dengan buku-buku yang tertata dengan rapi. Ditambah lagi ada Pororo raksasa yang dengan ramah bersedia diajak foto-foto oleh para pengunjung pameran (tapi saya lupa berfoto dengannya -_-).

Di panggung utama, ada diskusi tentang industri buku Korea, yang saya dengar sepintas-sepintas saja karena sambil berjalan-jalan dari stan ke stan. Setelah itu, ada pertunjukan musik khas Korea yang cukup menarik perhatian para pengunjung.

Pertunjukan musik Korea.

Buku-Buku Anak Dari Korea

Buku-buku Korea yang paling menarik perhatian saya adalah buku-buku anak-anaknya. Saya suka sekali dengan gaya-gaya ilustrasinya... sangat indah. Katanya sih gaya ilustrasi buku semacam ini tidak laku di Indonesia. Sayang sekali.

Salah satu buku anak favorit saya,
Twinkle, All The World

Twinkle, All The World karya Lee Yuma

Buku ini menggambarkan keseharian seekor anak kucing... dia jalan-jalan ke mana saja dan bertemu apa saja. Ilustrasinya tidak berwarna-warni, hanya menggunakan variasi warna hitam, putih, abu-abu, biru tua, dan cokelat. Sederhana, namun indah. Buku ini memenangi Korean Award for Hans Christian Andersen untuk kategori seni.

Sampul depan buku Twinkle, All The World
Bagian dalam buku Twinkle, All The World

The 9th Life karya Shin Hyuna

Masih tentang kucing, tapi dengan aura yang lebih kelam. 9th Life mengisahkan tentang kucing-kucing telantar yang menghadiri suatu upacara pemakaman kucing selama semalam suntuk. Sampul depannya sangat sederhana--hitam, dengan siluet putih sesosok kucing. Tapi tetap menarik kan? ^_^

Sampul depan The 9th Life.
Ilustrasi-ilustrasi di dalam bukunya hitam-putih, tapi terlihat sangat cantik dan misterius, persis seperti seekor kucing,
Para kucing telantar pergi ke upacara pemakaman kucing.
Suasana di pemakaman kucing
Ketika pagi tiba, kucing-kucing kembali ke rutinitas masing-masing.

One Day Morning karya Lee Jin-hee

Kisah tentang seorang rusa yang kehilangan salah satu tanduknya. Kemudian dia melakukan perjalanan untuk menemukan tanduknya itu.
Sampul depan One Day Morning
Ilustrasinya menggunakan warna-warna pastel, sehingga nuansanya lembut dan menenangkan.
Ilustrasi di dalam One Day Morning
Sang rusa melakukan perjalanan.

The Black Lion karya Lee Ji-sun

Seorang gadis kecil pergi ke museum seni bersama orangtuanya. Dia mendengar sebuah suara aneh, dan menemukan sebuah pintu masuk ke dalam salah satu lukisan.

Sampul depan The Black Lion.
Sampulnya berjendela, alias bolong.

Di dalamnya, sang gadis kecil bertemu dengan seekor singa hitam.

"Halo!"
"Apa kau takut padaku?"

Mereka kemudian berpetualang ke berbagai tempat.

Coba tebak, di mana sang singa hitam berada?
Bermain di dalam bunga.

Pada akhirnya, sang gadis kecil harus pulang, tapi dia berjanji akan kembali lagi.
Sepertinya ceritanya agak sedih... singa hitamnya tampak amat kesepian.

"Sampai jumpa lagi."

Kembali ke Pameran

Berhubung hari ini hari terakhir, pengunjungnya sangat banyak. Saya datang sebelum tengah hari, tapi pengunjungnya sudah lumayan banyak, jadi saya tidak ambil banyak foto karena repot. Stan-stan yang menarik minat saya hanya stan-stan buku impor, seperti Kinokuniya dan Periplus. Di Kinokuniya buku-bukunya terbilang mahal dan hanya didiskon 10%. Di Periplus, buku-bukunya murah, tapi berantakan di dalam boks dan rak. Saya malas sekali harus berdesak-desakan dengan pengunjung lain. Di kedua stan ini, tidak ada buku yang saya taksir untuk dibeli.
Suasana di stan Periplus
Tidak jauh dari Periplus ada stan Bybooks & Friends, tempat saya pernah menemukan buku-buku anak yang lucu waktu di IBF 2015. Sayangnya, kali ini buku-bukunya tidak begitu lucu :)) dan saya hanya membeli dua buku yang sepertinya akan anak saya suka. Setelahnya juga saya tidak membeli buku apa pun lagi.
Hanya kedua buku ini yang saya beli di IIBF 2015 ^^

Acara Fantasi Vaganza

Acara ini adalah ajang berkumpulnya para pembaca novel Mizan Fantasi. Ini tahun kedua Fantasi Vaganza diadakan. Di dalamnya ada acara Amazing Race dan Aptitude Test (semacam cerdas cermat), dan juga ada talkshow. Di Amazing Race, para peserta yang satu timnya terdiri dari tiga orang, diharuskan mendatangi beberapa pos yang sudah disiapkan dan melakukan tantangan yang diberikan penjaga pos. Nantinya, tiga tim terbaik akan melanjutkan ke babak selanjutnya, yaitu Aptitude Test.
Poster acara Fantasi Vaganza 2

Selepas tengah hari, para peserta Fantasi Vaganza sudah berkumpul. Peserta berasal dari berbagai fandom novel fantasi, seperti LorienINA (fandomnya serial Lorien Legacies), Maze Runner ID (fandomnya serial The Maze Runner), TMIndo (fandomnya serial The Mortal Instruments), Stroudians Indonesia, juga ada dari komunitas Penggemar Novel Fantasi Indonesia (PNFI).

Terjadi sedikit insiden di sini, yang membuat Mas Peter, selaku empunya acara, uring-uringan. Slot panggung yang seharusnya sore hari, dimajukan menjadi pukul satu (atau setengah dua ya). Tadinya slot di panggung ini akan diisi dengan talkshow dan Aptitude Test, tapi berhubung para peserta untuk Aptitude Test-nya belum ketahuan tim mana saja, terpaksa dibatalkan :(

Akhirnya slot di panggung itu cuma diisi dengan talkshow bersama dengan editor Mizan Fantasi (yaitu saya -_-), publisis Nourabooks, perwakilan dari Lorien INA dan Maze Runner ID. Ada kuis juga berhadiah kaus dan tiket nonton bareng film The Scorch Trial. Banyak pengunjung sudah memadati kursi di depan panggung, tapi saya tahu benar bahwa mereka bukan pembaca novel fantasi, melainkan menunggu acara Pidi Baiq yang menempati slot berikutnya :))

Ramainya acara Surayah Pidi.
Foto kolpri Mbak Selvy

Beres talkshow, orang-orang yang berkerumun di situ makin banyak, dan saya jadi pusing. Yah, saya sebenarnya ingin juga menonton Surayah Pidi, tapi situasi dan kondisinya saat itu benar-benar tidak nyaman, jadi saya putuskan untuk menjauh dari TKP. Bersama dengan Mbak Selvy, Mbak Gita, dan Mas Fauzi dari PNFI, saya nongkrong di Cafe Gelatik di dekat pintu masuk pameran. Segelas iced cafe latte terbukti sukses mendinginkan kepala saya... Hahaha. Setelahnya, kami pindah nongkrong di salah satu pos Amazing Race, posnya Percy Jackson & The Olympians.

Penggemar Novel Fantasi Indonesia

Komunitas ini dimulai dari sebuah grup di Facebook, dan berkembang menjadi komunitas yang cukup solid sehingga tahun lalu membuka stan di acara tahunan IRF (Indonesia Readers Festival). Tahun ini pun sepertinya mereka akan membuka stan lagi. Saya menjadi salah satu anggota komunitas ini setelah dijebloskan oleh Mbak Esti, dan menjadi cukup akrab dengan beberapa anggotanya. Jadi, saya senang ketika dapat bertemu dengan mereka di IIBF ini.
Para anggota PNFI. Foto kolpri Mbak Selvy.
PNFI menjadi juara tiga Amazing Race. Selamat ya!
Berikutnya mungkin kita akan bersua lagi di acara IRF.