Yang jelas, saya senang mengikuti acara ini, karena saya memang menggemari buku anak (bahkan sebelum saya punya anak). Dan sedihnya, di Indonesia, saya amati pilihan buku anaknya masih kurang beragam dan kurang menarik. Padahal, peran buku anak sangatlah penting terkait minat baca seseorang. Sebuah buku anak yang baik haruslah menarik bagi anak-anak, baik dari segi konten maupun format. Ia harus bisa bersaing dengan gadget.
Tujuan pelatihan ini, jelas untuk membina para pesertanya agar dapat menerbitkan buku-buku anak yang berkualitas. Sebuah tugas yang gampang-gampang sulit, menurut saya.
Dalam artikel ini saya tidak akan menuliskan semua materi yang saya dapatkan selama pelatihan, tapi saya akan menyampaikan poin-poin yang penting dan masih saya ingat. Semoga bermanfaat.
Buku anak yang baik harus memiliki kordinasi teks dan gambar yang baik
Harus ada komunikasi yang baik antara penulis dan ilustrator!Paling sebal deh kalau nemu buku anak yang teks-nya tidak terbaca gara-gara ditimpakan di atas ilustrasi berwarna gelap. Juga menyebalkan kalau antara teks dan ilustrasi tidak nyambung. Makanya, tidak heran jika buku-buku anak yang memenangkan penghargaan di luar negeri, biasanya penulis dan ilustratornya orang yang sama.
Fabel
Fabel atau kisah binatang adalah salah satu favorit anak-anak. Fabel yang baik adalah fabel yang tokoh binatang di dalamnya tidak bisa diganti begitu saja dengan binatang lain. Tokoh binatangnya harus memiliki ciri khas yang relevan dengan isi cerita. Misalnya fabel yang berjudul Gajah Bersin karya Kang Iwan Yuswandi.Fabel ini menceritakan pertemanan antara gajah dan tikus. Sang tikus sedang melukis, dan gajah kesulitan melihat hasil lukisan tikus, karena ukurannya amat kecil. Sang gajah terus-terusan berganti posisi agar dapat melihat lukisan tikus dengan jelas, tapi hal ini malah mengganggu. Pada akhirnya, sang tikus melukis di atas belalai gajah, sehingga gajah dapat leluasa melihat lukisan tanpa mengganggu tikus.
Apakah ceritanya bisa berjalan jika tikus diganti dengan kucing, atau gajah diganti dengan kuda? Mungkin lukisan yang dibuat kucing tidak akan sekecil lukisan yang dibuat tikus. Dan kuda tidak memiliki belalai, yang menjadi solusi dari konflik cerita.
Anak-anak suka dengan adegan yang berulang
Karena adegan yang berulang itu mudah ditebak, tapi tetap ada tensi atau ketegangan yang terbangun. Bagian yang berulang ini juga akan seru sekali jika dibacakan keras-keras oleh orangtua kepada anak-anak.Hindari Deus Ex Machina
Deus Ex Machina adalah solusi instan dari penulis terhadap konflik dalam cerita. Ciri-cirinya, konflik bisa selesai tanpa tokoh utama melakukan upaya untuk menyelesaikannya. It's like magic!Tidak hanya dalam buku anak... dalam cerita jenis apapun, hindarilah Deus Ex Machina.
Pertimbangkan Grading/Leveling/Penjejangan buku anak
Buku anak itu ada tingkatannya loh... di luar negeri sudah lama ada, tapi di Indonesia masih sedang digodok formulanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penjejangan buku anak di antaranya:- Jumlah kata dan kalimat per halaman
- Diksi (apakah kata-kata yang dipakai mudah atau sulit dimengerti anak?)
- Kadar ilustrasi dan teks (lebih banyak mana porsinya, ilustrasi atau teks?)
- Inferensi (apakah anak dapat membuat simpulan dari cerita?)
- Isu yang diangkat.
Bisa jadi teks sedikit, ilustrasi banyak, tapi konten cerita berat atau isu yang diangkat sulit dicerna oleh anak-anak (misalnya isu kematian).
Tokoh yang mengesankan
Tokoh yang mengesankan adalah tokoh 3D. Dimensi pertama berkaitan dengan fisik atau penampilannya. Dimensi kedua berkaitan dengan sifat-sifatnya (dimensi internal/sisi psikologis). Dan dimensi ketiga berkaitan dengan aspek-aspek sosiologis (dimensi eksternal); bagaimana hubungan tokoh tersebut dengan orang-orang di sekitarnya.Secara visual, tokoh yang mengesankan adalah yang dapat menarik perhatian anak, menampilkan emosi yang dapat dimengerti anak, secara menunjukkan emosi yang berbeda-beda.
Alur cerita atau Plot
Untuk anak-anak, buatlah alur cerita maju. Berdasarkan penelitian, alur flashback baru dapat dicerna oleh anak-anak tingkat SMA. Usia di bawah itu pun sebenarnya bisa mencerna alur flashback jika memang dia sudah terbiasa membaca buku.Dalam membentuk plot, ada tiga hal utama yang harus dipikirkan:
- Tujuan - apa yang diinginkan oleh tokoh
- Motivasi Logis - mengapa sang tokoh menginginkan hal tersebut (logis di sini terkait dengan logika cerita, bukan logika berpikir kita)
- Kendala - kendala apa yang dihadapi tokoh dalam mencapai tujuannya
Setelah ketiga hal di atas, tentukan pula laju ceritanya (akan cepat atau lambat), buat set-up atau introduction yang menarik, kemudian tentukan klimaks dan penyelesaiannya.
Identifikasi Elemen Fokus
Dalam cover, juga dalam setiap halaman buku anak, tentukanlah elemen yang menjadi fokus. Bisa jadi fokus terhadap tokoh, aksi, latar, atau emosi.Dalam membuat cover, pertimbangkan apakah cover tersebut sudah dapat mengkomunikasikan cerita di dalam? Apakah covernya membuat penasaran? Bisa diambil bagian yang paling menarik dari cerita (menarik bagi anak-anak, bukan bagi kita). Bisa juga menampilkan emosi atau hubungan antar tokoh.
Pulang dari acara pelatihan, saya menyempatkan diri mampir ke salah satu toko buku di Bandung... dan saya iseng melihat-lihat bagian rak-rak buku anak. Saya membeli satu buku untuk anak saya.... itu pun memilihnya dengan sulit, karena sebagian besar bukunya kurang menarik. Entah itu dari segi ilustrasi, perpaduan warna yang norak, format buku yang tipis dan membosankan... Hhhh. Jika dibandingkan dengan buku-buku anak yang saya lihat di toko-toko buku impor (Periplus misalnya)... sungguh berbeda.
Semoga ke depannya di Indonesia akan ada lebih banyak buku anak yang berkualitas ya!
No comments:
Post a Comment
Silakan tinggalkan pesan jika berkenan :)