Tuesday, 15 September 2015

Obrolan Urban Bersama Seno Gumira

ur·ban 
1 a berkenaan dng kota; bersifat kekotaan; 
2 n orang yg berpindah dr desa ke kota;

Assalamualaikum.
Selamat hari Selasa :)
Pagi ini, perjalanan saya dari rumah ke kantor masih diwarnai kemacetan, tapi tidak semacet kemarin (hari Senin). Walaupun banyak orang bilang kota Bandung sudah semakin sumpek dan macet, dan saya pun setuju, tapi saya masih bersyukur karena kemacetannya tidak (atau mungkin belum?) separah di kota Jakarta.

Jakarta dan kemacetannya adalah salah satu bahasan dalam acara Obrolan Urban bersama Seno Gumira Ajidarma di Kineruku pada hari Jumat, 11 September kemarin. Moderator acara ini adalah Mas Zen RS, seorang penulis dan blogger (bukunya diterbitkan oleh Bentang Pustaka).


Namanya juga ngobrol, jadi ya bahasannya melebar kemana-mana. Yang jelas, tetap dalam ruang lingkup urban. Sejujurnya, saya hanya menangkap sekilas-sekilas apa yang diobrolkan, karena saya duduk di bagian belakang dan malah asyik mengobrol sendiri dengan rekan di kiri dan kanan saya :p *disambit sandal jepit*

Sebelah kiri Mas Zen RS, sebelah kanan Mas Seno Gumira.
Materi kuliah #eh

Sebelum acara dimulai, Mas Zen membagikan empat lembar bahan bacaan sebagai pengantar obrolan. Mirip kuliah aja deh :)) Di dalamnya tercantum sebuah kutipan Mas Seno yang saya rasa layak untuk direnungkan:
"...menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat ke kantor, tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat, dan kehidupan seperti mesin, yang hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa."
Betapa menyedihkan! Apakah kamu mau menjadi orang seperti itu?
Ah, sekali lagi saya bersyukur karena bisa dibilang saya bekerja di industri kreatif, bisa dibilang pekerjaannya tidak monoton dan membosankan. Walaupun sebagai manusia yang pada hakikatnya tidak pernah puas, terkadang rasa bosan itu datang juga. Jalan keluarnya, cari sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan.

Tiada Ojek di Paris

Goodreads | temanbuku

Materi dalam buku inilah yang menjadi pokok bahasan dalam Obrolan Urban. Buku ini berisikan kumpulan esai tulisan Mas Seno Gumira. Mengutip materi kuliah Mas Zen:
Nyaris semua esai di buku ini menyodorkan persoalan demi persoalan dalam kehidupan urban. Dan esai-esai di buku ini jarang sekali menyodorkan jalan keluar--sebab memang bukan itu tujuannya. Esai-esai di buku ini, rasa-rasanya, lebih tepat diperlakukan sebagai ajakan untuk ngobrol ngalor-ngidul perihal pengalaman menjadi manusia urban, entah itu sebagai Jakartanesis atau Bandoenger atau warga di kota mana pun yang sedang menghadapi persoalan-persoalan serupa.

Sudah jelas, Tiada Ojek di Paris adalah buku non-fiksi, dan saya bukan pembaca buku non-fiksi, jadi saya belum membacanya :p Buku ini dijual pada saat acara berlangsung, tapi jumlahnya terbatas, karena stoknya sedang kosong dan cetak ulangnya belum selesai. Alhamdulillah, bukunya habis terjual, sampai beberapa orang tidak kebagian.

Buku-buku Seno yang dijual di acara.

Selesai obrolan, ada sesi tanda tangan buku dan foto bersama Mas Seno. Saya lupa bilang, pesertanya ada sekitar 60-70 orang, melebihi perkiraan, jadi tempatnya lumayan penuh, dan tidak semua orang kebagian kursi. Ada yang terpaksa berdiri atau duduk di tangga. Sewaktu sesi tanda tangan pun antriannya lumayan panjang. Ada orang yang membawa setumpuk buku Seno...mungkin ada lebih dari 10 buku, dan Mas Seno dengan sabarnya menandatangani semuanya!

Suasana acara. Semakin sore, semakin banyak pesertanya!
Minuman dan cemilan sore yang tersedia laris manis juga ^_^

Kineruku

Berhubung tidak banyak yang bisa saya tulis tentang materi Obrolan Urban, saya mau bahas sedikit tentang tempat acara ini dilangsungkan ya. Nama tempatnya Kineruku, lokasinya di Hegarmanah, Bandung. Sepertinya awalnya ini adalah perpustakaan pribadi yang kemudian dibuka untuk umum. Tempatnya asri dan asyik sekali untuk dipakai nongkrong. Para pencinta buku pasti betah deh berada di sini. Selain bisa duduk-duduk sambil baca buku, bisa pesan minuman dan makanan juga loh.

Sebelum tempatnya penuh sesak oleh peserta acara, foto-foto dulu dong :))

Simpulan dari acara ini adalah, kegiatan mengobrol itu penting, walaupun yang diobrolkan mungkin tidak penting. Obrolan semacam ini adalah selingan menyenangkan di tengah kehidupan yang begitu serius dan menuntut kita untuk selalu mencapai dan menghasilkan sesuatu. Lain kali, kita ngobrol lagi ya! :D

Monday, 7 September 2015

IIBF 2015 Daebak!

Hari Minggu, 6 September 2015 kemarin, saya berkunjung ke Indonesia International Book Fair (IIBF) bersama dengan rekan-rekan kantor. Tujuan utamanya adalah untuk membantu acara Fantasi Vaganza, sedangkan jalan-jalan dan lihat bukunya itu bonus. Hehe.

Pintu masuk IIBF 2015

Tahun ini, untuk pertama kalinya IIBF diadakan di JCC (Jakarta Convention Center), setelah tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan di Gelora Bung Karno yang sumpek dan panas itu. JCC tempatnya lebih enak, jadi tak heran kalau sewanya juga lebih mahal. Walhasil, IIBF kali ini waktu pelaksanaannya lebih singkat, cuma 5 hari. Syukurnya, tidak ada tiket, alias masuknya gratisss.

Tamu kehormatan IIBF 2015 adalah Korea, dan menurut saya mereka memanfaatkan kesempatan ini dengan sangat baik, terbukti dari desain stan yang menarik dan bersih, dengan buku-buku yang tertata dengan rapi. Ditambah lagi ada Pororo raksasa yang dengan ramah bersedia diajak foto-foto oleh para pengunjung pameran (tapi saya lupa berfoto dengannya -_-).

Di panggung utama, ada diskusi tentang industri buku Korea, yang saya dengar sepintas-sepintas saja karena sambil berjalan-jalan dari stan ke stan. Setelah itu, ada pertunjukan musik khas Korea yang cukup menarik perhatian para pengunjung.

Pertunjukan musik Korea.

Buku-Buku Anak Dari Korea

Buku-buku Korea yang paling menarik perhatian saya adalah buku-buku anak-anaknya. Saya suka sekali dengan gaya-gaya ilustrasinya... sangat indah. Katanya sih gaya ilustrasi buku semacam ini tidak laku di Indonesia. Sayang sekali.

Salah satu buku anak favorit saya,
Twinkle, All The World

Twinkle, All The World karya Lee Yuma

Buku ini menggambarkan keseharian seekor anak kucing... dia jalan-jalan ke mana saja dan bertemu apa saja. Ilustrasinya tidak berwarna-warni, hanya menggunakan variasi warna hitam, putih, abu-abu, biru tua, dan cokelat. Sederhana, namun indah. Buku ini memenangi Korean Award for Hans Christian Andersen untuk kategori seni.

Sampul depan buku Twinkle, All The World
Bagian dalam buku Twinkle, All The World

The 9th Life karya Shin Hyuna

Masih tentang kucing, tapi dengan aura yang lebih kelam. 9th Life mengisahkan tentang kucing-kucing telantar yang menghadiri suatu upacara pemakaman kucing selama semalam suntuk. Sampul depannya sangat sederhana--hitam, dengan siluet putih sesosok kucing. Tapi tetap menarik kan? ^_^

Sampul depan The 9th Life.
Ilustrasi-ilustrasi di dalam bukunya hitam-putih, tapi terlihat sangat cantik dan misterius, persis seperti seekor kucing,
Para kucing telantar pergi ke upacara pemakaman kucing.
Suasana di pemakaman kucing
Ketika pagi tiba, kucing-kucing kembali ke rutinitas masing-masing.

One Day Morning karya Lee Jin-hee

Kisah tentang seorang rusa yang kehilangan salah satu tanduknya. Kemudian dia melakukan perjalanan untuk menemukan tanduknya itu.
Sampul depan One Day Morning
Ilustrasinya menggunakan warna-warna pastel, sehingga nuansanya lembut dan menenangkan.
Ilustrasi di dalam One Day Morning
Sang rusa melakukan perjalanan.

The Black Lion karya Lee Ji-sun

Seorang gadis kecil pergi ke museum seni bersama orangtuanya. Dia mendengar sebuah suara aneh, dan menemukan sebuah pintu masuk ke dalam salah satu lukisan.

Sampul depan The Black Lion.
Sampulnya berjendela, alias bolong.

Di dalamnya, sang gadis kecil bertemu dengan seekor singa hitam.

"Halo!"
"Apa kau takut padaku?"

Mereka kemudian berpetualang ke berbagai tempat.

Coba tebak, di mana sang singa hitam berada?
Bermain di dalam bunga.

Pada akhirnya, sang gadis kecil harus pulang, tapi dia berjanji akan kembali lagi.
Sepertinya ceritanya agak sedih... singa hitamnya tampak amat kesepian.

"Sampai jumpa lagi."

Kembali ke Pameran

Berhubung hari ini hari terakhir, pengunjungnya sangat banyak. Saya datang sebelum tengah hari, tapi pengunjungnya sudah lumayan banyak, jadi saya tidak ambil banyak foto karena repot. Stan-stan yang menarik minat saya hanya stan-stan buku impor, seperti Kinokuniya dan Periplus. Di Kinokuniya buku-bukunya terbilang mahal dan hanya didiskon 10%. Di Periplus, buku-bukunya murah, tapi berantakan di dalam boks dan rak. Saya malas sekali harus berdesak-desakan dengan pengunjung lain. Di kedua stan ini, tidak ada buku yang saya taksir untuk dibeli.
Suasana di stan Periplus
Tidak jauh dari Periplus ada stan Bybooks & Friends, tempat saya pernah menemukan buku-buku anak yang lucu waktu di IBF 2015. Sayangnya, kali ini buku-bukunya tidak begitu lucu :)) dan saya hanya membeli dua buku yang sepertinya akan anak saya suka. Setelahnya juga saya tidak membeli buku apa pun lagi.
Hanya kedua buku ini yang saya beli di IIBF 2015 ^^

Acara Fantasi Vaganza

Acara ini adalah ajang berkumpulnya para pembaca novel Mizan Fantasi. Ini tahun kedua Fantasi Vaganza diadakan. Di dalamnya ada acara Amazing Race dan Aptitude Test (semacam cerdas cermat), dan juga ada talkshow. Di Amazing Race, para peserta yang satu timnya terdiri dari tiga orang, diharuskan mendatangi beberapa pos yang sudah disiapkan dan melakukan tantangan yang diberikan penjaga pos. Nantinya, tiga tim terbaik akan melanjutkan ke babak selanjutnya, yaitu Aptitude Test.
Poster acara Fantasi Vaganza 2

Selepas tengah hari, para peserta Fantasi Vaganza sudah berkumpul. Peserta berasal dari berbagai fandom novel fantasi, seperti LorienINA (fandomnya serial Lorien Legacies), Maze Runner ID (fandomnya serial The Maze Runner), TMIndo (fandomnya serial The Mortal Instruments), Stroudians Indonesia, juga ada dari komunitas Penggemar Novel Fantasi Indonesia (PNFI).

Terjadi sedikit insiden di sini, yang membuat Mas Peter, selaku empunya acara, uring-uringan. Slot panggung yang seharusnya sore hari, dimajukan menjadi pukul satu (atau setengah dua ya). Tadinya slot di panggung ini akan diisi dengan talkshow dan Aptitude Test, tapi berhubung para peserta untuk Aptitude Test-nya belum ketahuan tim mana saja, terpaksa dibatalkan :(

Akhirnya slot di panggung itu cuma diisi dengan talkshow bersama dengan editor Mizan Fantasi (yaitu saya -_-), publisis Nourabooks, perwakilan dari Lorien INA dan Maze Runner ID. Ada kuis juga berhadiah kaus dan tiket nonton bareng film The Scorch Trial. Banyak pengunjung sudah memadati kursi di depan panggung, tapi saya tahu benar bahwa mereka bukan pembaca novel fantasi, melainkan menunggu acara Pidi Baiq yang menempati slot berikutnya :))

Ramainya acara Surayah Pidi.
Foto kolpri Mbak Selvy

Beres talkshow, orang-orang yang berkerumun di situ makin banyak, dan saya jadi pusing. Yah, saya sebenarnya ingin juga menonton Surayah Pidi, tapi situasi dan kondisinya saat itu benar-benar tidak nyaman, jadi saya putuskan untuk menjauh dari TKP. Bersama dengan Mbak Selvy, Mbak Gita, dan Mas Fauzi dari PNFI, saya nongkrong di Cafe Gelatik di dekat pintu masuk pameran. Segelas iced cafe latte terbukti sukses mendinginkan kepala saya... Hahaha. Setelahnya, kami pindah nongkrong di salah satu pos Amazing Race, posnya Percy Jackson & The Olympians.

Penggemar Novel Fantasi Indonesia

Komunitas ini dimulai dari sebuah grup di Facebook, dan berkembang menjadi komunitas yang cukup solid sehingga tahun lalu membuka stan di acara tahunan IRF (Indonesia Readers Festival). Tahun ini pun sepertinya mereka akan membuka stan lagi. Saya menjadi salah satu anggota komunitas ini setelah dijebloskan oleh Mbak Esti, dan menjadi cukup akrab dengan beberapa anggotanya. Jadi, saya senang ketika dapat bertemu dengan mereka di IIBF ini.
Para anggota PNFI. Foto kolpri Mbak Selvy.
PNFI menjadi juara tiga Amazing Race. Selamat ya!
Berikutnya mungkin kita akan bersua lagi di acara IRF.

Thursday, 3 September 2015

Ular Naga Panjangnya Bukan Kepalang...

Malam Jumat adalah malam yang saya tunggu-tunggu, karena itu waktunya acara radio Nightmare Side Ardan disiarkan. Sebagai penggemar kisah-kisah horor, saya suka sekali acara ini. Sayangnya, karena acaranya dimulai pukul 10 malam, dan pembukaannya (plus lagu-lagu dan iklan) bisa sampai satu jam, sehingga pembacaan kisah seramnya baru dimulai jam 11 malam, seringkali saya sudah keburu mengantuk dan ketiduran. Tidak jarang saya tertidur di tengah-tengah pembacaan kisah (lalu baru bangun lagi setelah acara berakhir... hahaha).

Jadi, ketika beredar buku-buku Nightmare Side Ardan yang berbonus CD, saya sangat senang. Saya jadi bisa mendengarkan kisah horor kapan saja :D Buku Nightmare Side Ardan yang terakhir, New Chapter, berbonus CD yang berisi sepuluh kisah horor. Saya baru mendengarkan tujuh cerita, dan cerita ketujuh ini yang paling saya suka dibandingkan enam lainnya.

Saya putuskan untuk berbagi kisahnya dengan kawan-kawan semua. Teksnya sesuai dengan yang dibacakan, sama sekali tidak saya sunting. Berhubung saya tidak hafal suaranya, saya tidak tahu yang membacakan kisah ini Dimasta atau Rasmus. Silakan disimak, dan selamat merinding XD

Sumber: Youtube

Kisah Ular Penyusup

Disiarkan pada 19 Maret 2015

Namaku Wahyu. Aku adalah seorang perantau. Sudah hampir sepuluh tahun sejak aku kuliah di Bandung, aku tinggal di sini. Setelah lulus kuliah, aku pun mencoba mencari kerja di sini. Hhh... aku melamar ke sana ke mari, namun tidak ada yang memanggilku, untuk sekedar interview atau diterima kerja. Sampai akhirnya... aku mempunyai kenalan yang bernama Tio.

Tio akhirnya membantuku untuk memberikan pinjaman uang untuk modalku usaha. Tentunya setelah sebelumnya aku curhat mengenai masalahku itu. Aku pun akhirnya memulai usaha pakaian. Aku mengambil barang dari temanku yang lain, dan menjualnya. Satu bulan usaha itu aku jalankan. Yah... untungnya berjalan dengan lancar.

Namun, sayangnya, di kontrakan yang baru itu, yang berada di daerah Bandung selatan, di sana itu rawan sekali pencurian, sampai-sampai, sudah tiga kali rumahku ini kebobolan maling. Untungnya, baju-baju jualanku tidak hilang. Namun barang-barang elektronikku yang hilang. Aku pun memutuskan untuk mencari kontrakan baru.

Setelah mencari ke sana ke mari, akhirnya aku mendapatkannya. Sebuah kontrakan yang berada di sekitaran daerah Cisaranten. Sebuah rumah yang lumayan cukup nyaman, dan harganya murah. Lima ratus ribu untuk satu bulan. Dengan dua kamar, ada dua loteng yang cukup luas untuk dipakai menjemur, kamar mandi, teras, ruang tengah, dapur... Dan, ketika ke loteng, aku melihat di belakang rumahku ini ada sebuah sungai, dan di sebelahnya itu ada sebuah sawah.

Rumahku ini berada di paling ujung gang ini. Katanya, rumah ini sudah kosong cukup lama. Yah, mungkin sekitar tiga tahun. Menurut yang punya, banyak yang tidak mau, karena lokasinya di pojok, jadi agak jauh. Namun, tidak menurutku. Ini justru enak sekali. Pemandangannya bagus, udaranya sejuk. Tanpa pikir panjang, aku mengambil rumah itu. Yang lebih penting lagi, harga sewanya murah.

***

Hari pertama setelah pindahan, aku pun mulai membereskan rumah ini. Meski masih berantakan, yah, minimal aku masih bisa tidur malam itu. Aku tinggal sendirian di sana.

Setelah makan malam, memasak mi instan di dapur, sekitar jam sepuluh malam, aku pun tidur. Malam itu aku tidur cukup lelap, karena didukung oleh suasana yang sangat sepi. Sampai....

Ssssss..... krrrrt krrrrtt... krrrrt krrrrrtt...

Astaga. Suara apa tuh?

Aku bangkit dari tidurku, dan mencoba mencari-cari sumber suara itu.

Ah, suara apa sih nih?

Setelah kucari, aku tidak menemukan sumber suaranya itu. Sampai akhirnya... aku pun menghiraukannya.

***

Keesokan harinya, aku lanjut menata rumahku ini. Hah... ternyata di dekat dapur ada sebuah lubang yang cukup besar. Wah, ini sih bahaya. Bisa-bisa tikus masuk nih. Ck. Ah, untuk sementara waktu, aku tutupi lubang itu dengan lemari saja.

Hari itu pun aku jalani seperti biasa. Berjualan pakaian via online, dan mengantarkannya.

Malam pun menjelang. Kulihat jam menunjukkan pukul sebelas malam. Ketika aku akan menarik selimutku dan tidur, tiba-tiba... terdengar lagi suara itu.

Ssssss..... krrrrt krrrrtt... krrrrt krrrrrtt...

Suara yang sama seperti malam tadi.

Hhh... suara apa sih?

Aku mencari lagi ke sekitar rumahku, tapi tidak ada apa-apa. Tsk. Hmm... Aku pun menelpon temanku Tio, dan bertanya padanya. Kira-kira suara apa, dan... setelah kujelaskan, Tio pun berkata padaku, mungkin itu suara ular.

Hah! Ular? Masa sih?

Tio menjelaskan padaku, kalau ularnya cukup besar, kadang bersuara seperti itu. Tidak mendesis. Hih... aku bergidik ngeri mendengarnya. Bisa jadi sih, karena di belakangku sungai dan sawah. Apalagi di dekat dapur rumahku ini ada lubang besar. Aku pun teringat. Dan ketika aku cek lubang itu ke dapur, waduh... lemarinya sudah bergeser, dan ada celah di antara lubang itu.

Ah, jangan-jangan beneran ular nih masuk ke rumah. Ah, iya nih.

Aku pun ke gudang dan mengambil kapak. Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, aku pun siaga dan akan membunuh ular itu. Dan...

Nah, ah, itu dia. Terdengar lagi suara ular itu.

Ssssss..... krrrrt krrrrtt... krrrrt krrrrrtt...

Dari suaranya, sepertinya ada di bawah sofa ruang tengahku itu. Aku mengendap-endap. Kedua tanganku memegang kokoh kapak itu. Lalu...

krrrrt krrrrrtt... Ssssss..... krrrrt krrrrtt krrrtttt...

Astaga. Hei. Shh. Hah..hah...hah... Ular itu muncul. Dia berjalan pelan, keluar dari bawah sofaku itu. Tubuhnya meleok-leok. Kira-kira, panjangnya mungkin sampai tiga meter. Ularnya cukup besar. Warnanya hitam kehijauan, matanya merah gelap.

Aku tidak begitu tahu itu jenis ular apa. Yang pasti... ular itu sangat besar. Aku mengambil ancang-ancang untuk menghajarnya di kepala. Pelan-pelan aku mengambil kuda-kuda, dan...

Hahhhh!!!

Yah! Tepat sekali aku memotong kepala ular itu. Namun... ke-ketika kepala ular itu terlepas dari badannya, yang menggelinding lepas dari badan ular itu bukanlah kepala ular, ta-tapi kepala manusia! 

Terlihat wajah seorang ibu-ibu berambut hitam agak beruban putih keriting, dan... wajahnya sangat pucat. Dengan keriput di wajahnya itu... matanya membelalak melirik ke arahku. Mulutnya menyeringai, dan... dan dia tertawa!

Khakhahkhekhekhekhe..... khhhahahahaaaaa

Aghh!!

Seketika, aku langsung lari masuk ke kamarku. Suara tertawanya pun masih terdengar jelas di luar kamarku. Dan kali ini, terdengar suara benturan di pintuku itu. Sepertinya, kepala ibu-ibu tua itu berusaha masuk ke dalam kamarku.

Dug... dug... dug...!

Aku berusaha menahan pintuku. Dan dalam hatiku, aku terus berdoa, membaca doa-doa yang... yang aku bisa. Dan lama kelamaan suara itu pun perlahan menghilang.

Hh..hhh... Aku terduduk lemas di lantai depan pintu. Seumur hidupku, aku baru kali ini mengalami gangguan hantu. Biasanya aku hanya mendengar saja. Kali ini aku benar-benar mengalami. Ini memang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.

***

Aku pun menarik kakiku yang lemas itu ke tempat tidur. Aku lempar badanku dan berusaha untuk terlelap. Hhh... Hhhh... Aku mencoba mencari posisi yang enak untuk tidur. Aku benarkan posisi bantalku berkali-kali, namun tetap saja aku tidak nyaman. Seperti ada yang mengganjal. Aku pun terduduk di tempat tidur, dan mengangkat bantalku itu. 

Hhhh... tsk. Haduh... ngga nyaman banget sih nih tidur...

Ketika aku angkat bantalku itu,...

Astaga! Ada sebuah kepala ibu-ibu tua di balik bantalku! 

Ternyata, itu yang sejak tadi mengganjal di bantalku! Kontan aku loncat dan segera lari keluar dari kamarku itu. Aku terdiam di ruang tengah. Mataku tidak bisa terpejam. Dan sampai pagi menjelang, aku barulah bisa tertidur. Dengan terus mendengar suara... suara tertawa dari wanita tua itu... sangat menyeramkan.

Khakhahkhekhekhekhe.... khakhahkhekhekhekhe....

***

Esok siangnya, Tio datang ke rumahku menjengukku, karena dia khawatir mendengar kabarku semalam. Ternyata Tio temanku itu mengerti hal-hal yang gaib. Ketika ia buka mata batinnya, dia melihat sawah dan sungai di belakang rumahku itu adalah perkampungan jin. 

Dulu, karena rumah ini kosong, ada satu sosok yang menghuni rumahku ini. Perwujudan manusia setengah ular. Dia adalah salah satu penghuni gaib yang mempunyai kekuatan yang besar di sana.

Tio akhirnya membantuku lagi untuk menyegel rumah ini, dan menyuruhku segera mengadakan selamatan, dan syukuran serta pengajian di rumah ini. Setelah itu, sampai sekarang, kondisi rumahku sudah aman, dan tidak ada gangguan dari makhluk halus lainnya.

Sumber: spotmisteri.blogspot.com 

Pelajaran dari kisah ini...

Harus curiga kalau ada rumah yang disewakan atau dijual dengan harga murah.
Jika pindah ke rumah baru, segera adakan syukuran dan pengajian.
:D