Sepertinya sudah cukup lama saya tidak menulis tentang acara yang saya hadiri (bahkan saya tidak menulis tentang IRF 2015 kemarin! *shame on me*). Sekarang saya ingin menulis tentang diskusi buku yang baru saya hadiri hari Sabtu kemarin di GEPI Center, Jakarta. Acaranya diselenggarakan oleh komunitas JBC (Jakarta Book Club). JBC rutin mengadakan pertemuan sekali sebulan, dan tema yang dibahas berbeda-beda. Kebetulan tema pada Bulan Januari 2016 ini fantasi, jadi saya ikutan, karena penasaran.
Sumber: meetup.com/Hang-out-with-Jakarta-Book-Club |
Walaupun sebelumnya saya sudah pernah bertemu dengan beberapa anggota JBC (Mbak Shirley, Mbak Dina, Mas Bisma dan Mas Yadi) dalam acara ngobrol santai yang diadakan Mas Peter AW di Mizan Publika beberapa waktu lalu, kemudian sempat bersua sebentar di IRF, tetap saya merasa agak canggung saat hendak menghadiri diskusi buku ini. Untungnya saya bareng Mas Peter, jadi mudah-mudahan tidak terlalu terlihat cupu... hehehe.
Ini buku-buku fantasi yang dibahas oleh JBC kemarin:
Sumber: meetup.com/Hang-out-with-Jakarta-Book-Club |
Terus saya lupa bawa buku untuk ditukar... (salah satu agenda pertemuannya adalah bookswap) #ditoyorduakali Yah, sebenarnya ini tidak wajib sih... tapi tadinya saya sudah niat bawa T^T
Saya juga tidak foto-foto karena daya di baterai ponsel saya tinggal sedikit. Padahal kurang sah ya, nulis artikel tanpa foto... Maafkan.
Acara diskusi buku dimulai jam 11 siang, dan berakhir jam 2 siang. Cukup tepat waktu.
Moderator acaranya Mbak Shirley dan Mbak Ollie.
Oh iya, kalau saya keliru tulis nama, mohon maaf ya... dan tolong kasih tahu yang benarnya, biar saya bisa koreksi. Terima kasih ^^
The Silmarillion (JRR Tolkien)
Buku yang pertama dibahas adalah The Silmarillion karya JRR Tolkien, oleh Mbak Nenda, dibantu oleh Mas Radix dan Mas Dipa. Berhubung The Silmarillion mengisahkan Middle-Earth secara keseluruhan, buku-buku Tolkien lainnya, The Lord of The Rings dan The Hobbit, jadi ikut disebut-sebut.Buku yang pertama terbit adalah The Hobbit (tahun 1937), kisah untuk anak-anak. Baru sepuluh tahun kemudian terbit The Lord of The Rings. Selama periode sepuluh tahun itu, Tolkien membuat kerangka kisah dunia Middle-Earth mulai dari awal mula terciptanya, dewa-dewinya, serta perang-perang yang terjadi di sana. Hingga Tolkien wafat, semuanya masih dalam bentuk draft, dan hanya The Silmarillion yang paling menyerupai naskah utuh. Kemudian naskah ini disempurnakan oleh anaknya Tolkien, baru kemudian diterbitkan.
Sumber: meetup.com/Hang-out-with-Jakarta-Book-Club |
Ceritanya di Middle-Earth dulu belum ada matahari, dan yang menjadi sumber cahaya adalah pohon-pohon Valinor. Namun pohon-pohon ini dihancurkan oleh Morgoth (anggaplah sosok yang berkali-kali lipat lebih jahat daripada Sauron). Silmarillion mengacu pada tiga batu pertama yang sangat indah, yang berisi cahaya dari pohon-pohon Valinor. Silmarillion diperebutkan banyak pihak hingga terjadi perang, tapi ujung-ujungnya tidak ada yang berhasil mendapatkannya.
Saya sempat bingung waktu Mbak Nenda menyebutkan nama-nama tokoh dan istilah-istilah yang ada di The Silmarillion, karena kan belum baca bukunya... dan belum berminat melakukannya dalam waktu dekat, karena saya yakin akan butuh waktu dan upaya ekstra untuk sungguh-sungguh menikmatinya. Yang pasti saya ingin membaca versi Bahasa Inggrisnya (nabung dulu buat beli).
Sumber: goodreads.com |
The Silmarillion yang dibawa oleh Mbak Nenda adalah versi Bahasa Inggris yang formatnya hard cover, dengan jenis kertas matte paper. Tidak heran beratnya lumayan... bisa dipakai latihan angkat beban. Di dalamnya banyak ilustrasi berwarna. Selain itu, Mbak Nenda juga membawa koleksi pribadinya yang lain: The Lord of The Rings + The Hobbit boxset versi leather cover dan dua buku tentang Middle-Earth. Boxset-nya imut-imut sekali loh (lihat foto pertama di artikel ini).
Mas Radix juga membawa koleksi pribadinya, semacam ensiklopedia Middle-Earth, dengan format hard cover dan full color juga... tapi matte paper-nya sepertinya lebih ringan daripada buku yang dibawa Mbak Nenda.
Untuk kawan-kawan yang belum mengenal karya-karya Tolkien, Mbak Nenda dan Mas Radix menyarankan untuk mulai membaca dari The Hobbit, karena itu kisahnya untuk anak-anak, tergolong ringan dan menyenangkan. Tapi... dalam hati saya tidak setuju... huhuhu... karena yang membuat saya jatuh cinta dengan Tolkien adalah The Lord of The Rings yang saya baca ketika zaman SMA... Sedangkan The Hobbit baru saya baca belum lama ini (sebelum adatapsi filmnya keluar) dan jujur saya tidak terkesan. Mungkin juga ini dikarenakan saya membaca The Hobbit versi terjemahan (sedangkan The Lord of The Rings saya baca versi Bahasa Inggrisnya) sehingga ada istilah-istilah terjemahan yang tidak bisa saya proses dengan baik di otak saya. Misalnya saja istilah elf yang diterjemahkan jadi peri. Otak saya sudah terlanjur mengasosiasikan elf dengan sosok serupa manusia namun lebih anggun nan rupawan, sedangkan peri saya asosiasikan dengan sosok mungil bersayap (semacam Tinkerbell dan peri-peri Disney lainnya). Jadinya aneh kan...
Omong-omong, kalau berminat baca The Silmarillion versi terjemahan Bahasa Indonesia, GPU sudah menerbitkannya.
Sumber: goodreads.com |
Mistborn Trilogy (Brandon Sanderson)
Bahasan kedua disampaikan oleh Mbak Tricia. Katanya dia disarankan untuk membaca buku ini setelah dia kesulitan menemukan buku fantasi lainnya yang sekeren The Lord of The Rings. Menurut Mbak Tricia, walaupun buku-buku Mistborn lumayan tebal dan susah dicari, kisahnya amat layak dibaca.
Mistborn memiliki setting tempat yang bernama Final Empire. Di sini ada seorang penguasa tiran, dan tentu saja, ada sekelompok orang yang berusaha menjatuhkannya. Tapi ketika sang penguasa tiran berhasil dibunuh, orang jadi dibuat bertanya-tanya apakah dia benar-benar sosok yang jahat. Karena setelah kematiannya, Final Empire diliputi kekacauan... dan makhluk-makhluk aneh mulai bermunculan.
Dunia Mistborn digambarkan dengan apik oleh Brandon Sanderson, termasuk sistem sihir yang berlaku di sana. Orang-orang tertentu bisa mendapatkan kekuatan super dengan cara melebur logam.
Menurut saya nama Brandon Sanderson memang jaminan mutu sebagai penulis buku high fantasy. Karya dia yang lain, seperti Elantris dan The Way of Kings (buku pertama dari Stormlight Archive) banyak mendapat pujian. Selain itu, Brandon Sanderson juga dipercaya untuk melanjutkan penulisan serial The Wheel of Time setelah penulisnya, Robert Jordan, meninggal dunia.
Tapi memang membaca serial high fantasy itu membutuhkan kesetiaan dan dedikasi tinggi. Buku-bukunya tebal dan serialnya panjang! Mistborn saja selain tiga buku utamanya, juga memiliki tambahan serial dengan setting waktu sekitar 300 tahun kemudian: Wax and Wayne, yang direncanakan akan ada empat buku. Stormlight Archive direncanakan akan ada 10 buku (buku pertama 1007 halaman, buku kedua 1087 halaman... saya merinding membayangkan jumlah halaman buku-buku berikutnya). Untungnya Elantris hanya terdiri dari satu buku, dan saya rasa ini cocok untuk pembaca yang baru pertama kali mengenal karya Brandon Sanderson. Omong-omong, Elantris sudah diterjemahkan dan diterbitkan oleh Mizan Fantasi loh... *numpang promosi* :p
Sesi bahasan yang ini adalah sesi yang paling kocak, menurut saya. Orang yang membahasnya, Mas Jo, di awal sudah mengaku kalau dia belum selesai membaca buku ini, dia baru baca sekitar 100 halaman. Dia membeli buku ini karena sedang didiskon 50% dan dia suka dengan desain sampulnya. Setelahnya dia baru tahu bahwa ini buku ketiga dari serial Gentleman Bastard, dan dia belum baca buku pertama dan keduanya.
Meskipun begitu, Mas Jo bilang dia tidak kesulitan mengikuti jalan cerita The Republic of Thieves. Buku ini tokoh utamanya adalah seorang lelaki yang sejak kecil sudah diajari menjadi pencuri (dan tiba-tiba saya teringat Peter Nimble and His Fantastic Eyes). Dengan penggambaran dunia dan gaya penceritaan yang bagus, katanya buku ini layak dibaca.
Bisma adalah salah satu tokoh penting dalam kisah Mahabharata. Bisma adalah pria kuat nan tampan yang telah bersumpah untuk tidak akan pernah menikah. Ketika dia pergi untuk mencarikan istri bagi kedua adik tirinya, dia tiba di sebuah kerajaan yang memiliki 3 orang putri, bernama Dewi Amba, Ambika, dan Ambalika. Dewi Amba, sang putri sulung, adalah seorang wanita kesatria, dan berbeda dengan kedua adik perempuannya, dia tidak takut pada Bisma. Bisma dan Dewi Amba saling tertarik, tapi Bisma memegang teguh sumpahnya.
Ketika Bisma hendak pulang ke kerajaannya, Dewi Amba memaksa untuk ikut. Bisma mengancamnya dengan cara membidikkan anak panah. Tak sengaja anak panah itu lepas dari busurnya, dan mengenai sekaligus menewaskan Dewi Amba. Bisma yang merasa bersalah kemudian pergi mengembara. Pengembaraannya inilah yang lalu diangkat dalam buku Perjalanan Sunyi.
Ternyata Tales From Earthsea ini buku pendamping dari Earthsea Cycle yang terdiri dari 4 buku. Tales From Earthsea sendiri berisi 2 novella dan 3 cerpen. Dalam salah satu cerpennya dikisahkan ada sebuah pulau tersembunyi bernama Roke, tempat berkumpulnya penyihir-penyihir hebat beserta anak-anak didiknya. Pulau Roke ibaratnya sekolah untuk belajar sihir (katanya Pulau Roke ini yang menginspirasi JK Rowling menciptakan Hogwarts). Pulau ini telah dijampi-jampi hingga selalu tertutup kabut, dan setiap penyihir yang menapakkan kaki di pulau ini akan kehilangan kemampuan sihirnya, kecuali dia telah mempelajari sihir yang ada di Pulau Roke.
Tersebutlah seorang penyihir jahat yang ingin mencari tantangan baru. Dia menghimpun pasukan angkatan laut dan memutuskan untuk menyerang Pulau Roke. Sang penyihir jahat bertansformasi menjadi naga untuk mencari Pulau Roke dari udara. Ketika dia akhirnya berhasil menemukan Pulau Roke dan menjejakkan kaki di sana, seluruh kekuatan sihirnya hilang. Pasukannya pun tercerai berai dan serangan gagal dilakukan.
Mas Ernest kemudian menyimpulkan bahwa kisah fantasi karya penulis wanita cenderung lebih damai, tidak ada perang besar dan pertumpahan darah.
Buku Tales From Earthsea yang dibawa Mas Ernest ukurannya kecil dan paperback. Dia bilang format ini tidak nyaman dibaca karena teks di dalamnya juga hurufnya kecil dan margin-nya kecil, terutama yang bagian bawah... jadi teksnya seperti terpotong. Belum lagi gambar peta yang dicetak kecil jadi terlihat buram. Salah satu moderator berkomentar itu kayak buku bajakan :p
His Majesty's Dragon adalah buku pertama dari serial Temeraire. Kisahnya terjadi pada masa pemerintahan Napoleon Bonaparte, tapi dengan unsur naga di dalamnya. Dalam dunia Temeraire, para naga menjadi salah satu senjata perang, namun mereka juga memiliki kesadaran sendiri dan bisa berbicara, bisa berkhianat kalau mau.
Mas Dipa baru membaca 4 buku Temeraire, dan dia bilang akan melanjutkan ke buku 5 dan 6-nya karena ceritanya cukup seru.
Walaupun ini pertama kalinya saya mengikuti diskusi buku JBC, saya cukup menikmatinya. Bahasan-bahasan bukunya disampaikan dengan asyik dan tidak membosankan. Bulan depan JBC akan membahas science & technology, fokus pada buku-buku nonfiksi.
Untuk teman-teman yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya, saya merekomendasikan untuk coba mengikuti pertemuan JBC. Bagus untuk menambah wawasan. Apalagi untuk teman-teman yang senang mencoba baca buku dari berbagai genre, tidak hanya fiksi, tapi juga nonfiksi. Mungkin lain kali saya akan mengikuti lagi diskusi buku JBC, kalau topik yang dibahas menarik minat saya ^^ (misalnya klasik atau horor #eh). 'Til then...
Sumber: goodreads.com |
Mistborn memiliki setting tempat yang bernama Final Empire. Di sini ada seorang penguasa tiran, dan tentu saja, ada sekelompok orang yang berusaha menjatuhkannya. Tapi ketika sang penguasa tiran berhasil dibunuh, orang jadi dibuat bertanya-tanya apakah dia benar-benar sosok yang jahat. Karena setelah kematiannya, Final Empire diliputi kekacauan... dan makhluk-makhluk aneh mulai bermunculan.
Dunia Mistborn digambarkan dengan apik oleh Brandon Sanderson, termasuk sistem sihir yang berlaku di sana. Orang-orang tertentu bisa mendapatkan kekuatan super dengan cara melebur logam.
Menurut saya nama Brandon Sanderson memang jaminan mutu sebagai penulis buku high fantasy. Karya dia yang lain, seperti Elantris dan The Way of Kings (buku pertama dari Stormlight Archive) banyak mendapat pujian. Selain itu, Brandon Sanderson juga dipercaya untuk melanjutkan penulisan serial The Wheel of Time setelah penulisnya, Robert Jordan, meninggal dunia.
Tapi memang membaca serial high fantasy itu membutuhkan kesetiaan dan dedikasi tinggi. Buku-bukunya tebal dan serialnya panjang! Mistborn saja selain tiga buku utamanya, juga memiliki tambahan serial dengan setting waktu sekitar 300 tahun kemudian: Wax and Wayne, yang direncanakan akan ada empat buku. Stormlight Archive direncanakan akan ada 10 buku (buku pertama 1007 halaman, buku kedua 1087 halaman... saya merinding membayangkan jumlah halaman buku-buku berikutnya). Untungnya Elantris hanya terdiri dari satu buku, dan saya rasa ini cocok untuk pembaca yang baru pertama kali mengenal karya Brandon Sanderson. Omong-omong, Elantris sudah diterjemahkan dan diterbitkan oleh Mizan Fantasi loh... *numpang promosi* :p
Sumber: goodreads.com |
The Republic of Thieves (Scott Lynch)
Begitu judul buku ini disebutkan, beberapa orang langsung nyeletuk "Indonesia." Well, can't blame them... this country is indeed teeming with thieves.Sumber: goodreads.com |
Sesi bahasan yang ini adalah sesi yang paling kocak, menurut saya. Orang yang membahasnya, Mas Jo, di awal sudah mengaku kalau dia belum selesai membaca buku ini, dia baru baca sekitar 100 halaman. Dia membeli buku ini karena sedang didiskon 50% dan dia suka dengan desain sampulnya. Setelahnya dia baru tahu bahwa ini buku ketiga dari serial Gentleman Bastard, dan dia belum baca buku pertama dan keduanya.
Meskipun begitu, Mas Jo bilang dia tidak kesulitan mengikuti jalan cerita The Republic of Thieves. Buku ini tokoh utamanya adalah seorang lelaki yang sejak kecil sudah diajari menjadi pencuri (dan tiba-tiba saya teringat Peter Nimble and His Fantastic Eyes). Dengan penggambaran dunia dan gaya penceritaan yang bagus, katanya buku ini layak dibaca.
Sumber: meetup.com/Hang-out-with-Jakarta-Book-Club |
Perjalanan Sunyi Bisma Dewabrata (Pitoyo Amrih)
Ini satu-satunya buku lokal yang dibahas pada acara diskusi ini. Lucunya, orang yang membahas buku ini juga bernama Bisma... jadi dia seolah-olah menceritakan kisah hidupnya sendiri. Wkwkwk... just kidding.Bisma adalah salah satu tokoh penting dalam kisah Mahabharata. Bisma adalah pria kuat nan tampan yang telah bersumpah untuk tidak akan pernah menikah. Ketika dia pergi untuk mencarikan istri bagi kedua adik tirinya, dia tiba di sebuah kerajaan yang memiliki 3 orang putri, bernama Dewi Amba, Ambika, dan Ambalika. Dewi Amba, sang putri sulung, adalah seorang wanita kesatria, dan berbeda dengan kedua adik perempuannya, dia tidak takut pada Bisma. Bisma dan Dewi Amba saling tertarik, tapi Bisma memegang teguh sumpahnya.
Sumber: meetup.com/Hang-out-with-Jakarta-Book-Club |
Ketika Bisma hendak pulang ke kerajaannya, Dewi Amba memaksa untuk ikut. Bisma mengancamnya dengan cara membidikkan anak panah. Tak sengaja anak panah itu lepas dari busurnya, dan mengenai sekaligus menewaskan Dewi Amba. Bisma yang merasa bersalah kemudian pergi mengembara. Pengembaraannya inilah yang lalu diangkat dalam buku Perjalanan Sunyi.
Tales From Earthsea (Ursula K. Le Guin)
Buku ini dibahas oleh Mas Ernest yang katanya tertarik membacanya gara-gara menonton adaptasi filmnya yang dibuat oleh Studio Ghibli. Menurut dia adaptasinya kurang oke. Saya juga sudah pernah menontonnya, tapi saya sudah lupa jalan ceritanya karena memang tidak terkesan.Ternyata Tales From Earthsea ini buku pendamping dari Earthsea Cycle yang terdiri dari 4 buku. Tales From Earthsea sendiri berisi 2 novella dan 3 cerpen. Dalam salah satu cerpennya dikisahkan ada sebuah pulau tersembunyi bernama Roke, tempat berkumpulnya penyihir-penyihir hebat beserta anak-anak didiknya. Pulau Roke ibaratnya sekolah untuk belajar sihir (katanya Pulau Roke ini yang menginspirasi JK Rowling menciptakan Hogwarts). Pulau ini telah dijampi-jampi hingga selalu tertutup kabut, dan setiap penyihir yang menapakkan kaki di pulau ini akan kehilangan kemampuan sihirnya, kecuali dia telah mempelajari sihir yang ada di Pulau Roke.
Tersebutlah seorang penyihir jahat yang ingin mencari tantangan baru. Dia menghimpun pasukan angkatan laut dan memutuskan untuk menyerang Pulau Roke. Sang penyihir jahat bertansformasi menjadi naga untuk mencari Pulau Roke dari udara. Ketika dia akhirnya berhasil menemukan Pulau Roke dan menjejakkan kaki di sana, seluruh kekuatan sihirnya hilang. Pasukannya pun tercerai berai dan serangan gagal dilakukan.
Mas Ernest kemudian menyimpulkan bahwa kisah fantasi karya penulis wanita cenderung lebih damai, tidak ada perang besar dan pertumpahan darah.
Sumber: meetup.com/Hang-out-with-Jakarta-Book-Club |
Buku Tales From Earthsea yang dibawa Mas Ernest ukurannya kecil dan paperback. Dia bilang format ini tidak nyaman dibaca karena teks di dalamnya juga hurufnya kecil dan margin-nya kecil, terutama yang bagian bawah... jadi teksnya seperti terpotong. Belum lagi gambar peta yang dicetak kecil jadi terlihat buram. Salah satu moderator berkomentar itu kayak buku bajakan :p
His Majesty's Dragon (Naomi Novik)
Buku terakhir dibahas oleh Mas Dipa, yang pada bahasan-bahasan sebelumnya selalu ikut berkontribusi memberikan informasi. Dia nampaknya sangat ahli dalam genre fantasi, hingga beberapa orang nyeletuk kalau dia sekolah di akademi fantasi. ^^His Majesty's Dragon adalah buku pertama dari serial Temeraire. Kisahnya terjadi pada masa pemerintahan Napoleon Bonaparte, tapi dengan unsur naga di dalamnya. Dalam dunia Temeraire, para naga menjadi salah satu senjata perang, namun mereka juga memiliki kesadaran sendiri dan bisa berbicara, bisa berkhianat kalau mau.
Sumber: meetup.com/Hang-out-with-Jakarta-Book-Club |
Akhir Kata
Dari semua buku yang dibahas, saya paling tertarik untuk membaca Tales From Earthsea. Tapi sepertinya akan lebih baik jika membaca Earthsea Cycle terlebih dahulu. Keempat bukunya sudah ada versi terjemahan Bahasa Indonesianya, tapi karena terbitan lama, jadi susah dicari. Dan saya agak skeptis dengan kualitas terjemahannya, jadi kemungkinan saya akan cari versi Bahasa Inggrisnya.Walaupun ini pertama kalinya saya mengikuti diskusi buku JBC, saya cukup menikmatinya. Bahasan-bahasan bukunya disampaikan dengan asyik dan tidak membosankan. Bulan depan JBC akan membahas science & technology, fokus pada buku-buku nonfiksi.
Untuk teman-teman yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya, saya merekomendasikan untuk coba mengikuti pertemuan JBC. Bagus untuk menambah wawasan. Apalagi untuk teman-teman yang senang mencoba baca buku dari berbagai genre, tidak hanya fiksi, tapi juga nonfiksi. Mungkin lain kali saya akan mengikuti lagi diskusi buku JBC, kalau topik yang dibahas menarik minat saya ^^ (misalnya klasik atau horor #eh). 'Til then...
Sumber: meetup.com/Hang-out-with-Jakarta-Book-Club |
Penasaran?
Untuk informasi lebih lanjut tentang JBC, silakan berkunjung ke situsnya, grup Facebook, Instagram, atau Twitter.
Website: http://jakartabookclub.com
Instagram: @jakartabookclub
Twitter: @jakartabookclub
Walah, itu kemaren kalau aku ikut...aku tahu semua yang dibahas sama JBC, Mba Dyah. Yah walau ada yang belum baca juga :))
ReplyDeleteSeriously, you must read Temeraire! Kalau perlu rightsnya ambil sekalian dari Elex, biar terbit sampai habis, hahaha. Keren kok ceritanya :D
Oh ya, untuk Mistborn. Aslinya ga susah dicari Mba, soalnya aku di Periplus dulu pas pesen dapat yang versi cover lama. Jadi masih bisa dicari deh :-)
Yang Scott Lynch itu, aku punya buku pertamanya, The Lies of Locke Lamora sih. Mungkin itu Mas Jo bisa pinjem punyaku, tentunya setelah aku baca dulu :)) (ini ga niat mau minjemin).
Seharusnya, aku emang dateng ya, hahahaha. Nice LPM, Mba Dyah :)
Heuheu... kalau Mbak Ren ikut, pasti makin seru deh! :D
DeleteTemeraire 9 buku eung... aku males seri yang panjang-panjang... :3 Maybe I'll give it a try later... cari pinjeman dulu.
Mistborn sih... tiga2nya bukunya ada di kantor, mbak... mau versi terjemahan juga ada... kan ini trilogi batal diterbitin Mizan... *mewek*
Seconded ambil rights-nya Temeraire dari Elex!
ReplyDeleteEmang sampai 9 sih, tapi mengalir gitu aja kok ceritanya!
wkwkwk... it's not that easy :p
DeleteApalagi kalau performa penjualannya sejauh ini kurang bagus... Aku kalau Naomi Novik kok malah tertarik yang Uprooted itu loh teh :D