Sementara sang putri duduk manis menunggu didatangi oleh pangeran tampan berkuda putih, sang ratu bersiap untuk mempertaruhkan nyawanya di medan perang.
Ah, kawan, kaum wanita tidak lagi mengidolakan putri cantik yang lemah dan perlu dilindungi... mereka terkagum-kagum akan ratu yang kuat dan berkuasa. Saya pun demikian ^^
Saat membaca buku, saya senang sekali jika menemukan tokoh wanita yang kuat--baik secara fisik maupun mental. Mungkin karena saya memiliki keinginan terpendam untuk jadi wanita kuat :D
Salah satu tokoh wanita kuat yang belum lama ini saya temukan adalah Ratu Kelsea dari buku
The Queen of The Tearling karya Erika Johansen.
Let me tell you more about it...
Pertama kali menerima buku ini (versi Bahasa Inggrisnya) di tangan saya, yang pertama kali muncul adalah rasa kagum terhadap desain sampulnya yang elegan dan jaketnya yang halus bagai beludru. Saya pikir, wah, ini memang sungguh-sungguh mencerminkan seorang ratu.
Kemudian muncul rasa malas, karena ukuran bukunya besar, cukup tebal (nyaris 450 halaman), serta ukuran huruf di dalamnya cukup kecil. Ditambah lagi, ada masalah teknis yang membuat saya harus ekstra hati-hati saat menyunting naskah terjemahannya. Tapi namanya juga pekerjaan, tentu harus dituntaskan, walaupun dicicil sedikit demi sedikit... Dan pada akhirnya saya puas bisa menuntaskan
The Queen of The Tearling!
|
The Queen of The Tearling versi Jepang. Saking tebalnya, dibagi jadi dua buku ^^ Sumber: Goodreads |
So, what the story is about?
Kisah dimulai dengan seorang gadis muda, baru menginjak usia 17 tahun. Namanya Kelsea Raleigh. Nyaris seumur hidupnya, Kelsea tinggal di sebuah pondok terpencil di tengah hutan, bersama kedua orangtua angkatnya. Dan dia dididik keras untuk menjadi Ratu. Ya, Kelsea adalah seorang putri, pewaris takhta Kerajaan Tearling.
Mudah sekali menebak alasan Kelsea diasingkan, yaitu untuk menjauhkannya dari orang-orang yang ingin membunuhnya. Berhubung ibunda Kelsea sudah tewas, saat ini Kerajaan Tearling dipimpin oleh paman Kelsea yang menjabat sebagai Regent. Tapi begitu Kelsea cukup umur, mau tidak mau dia harus kembali ke ibukota, untuk naik takhta.
Sekelompok pria datang menjemput Kelsea di pondok kecilnya. Mereka menyebut diri sebagai Para Pengawal Ratu. Mereka yang akan melindungi Kelsea selama perjalanan ke Benteng di ibukota. Awalnya Kelsea tidak menyadari sebesar apa bahaya yang akan dia hadapi, tapi dengan cepat hal itu berubah ketika mereka diserang oleh kelompok Caden, organisasi pembunuh bayaran profesional.
And then...
Masalah Kelsea bukan cuma kelompok Caden yang mengincar nyawanya, tapi juga ancaman invasi dari negara tetangga, Mortmesne, yang dipimpin oleh sang Ratu Merah--ratu yang diduga seorang penyihir karena dia sudah hidup amat sangat lama dan tetap belia.
Sebelumnya, Tearling sudah pernah diinvasi oleh Mortmesne, dan itu sungguh pembantaian besar-besaran. Tentara Mortmesne sangat jauh lebih kuat dibandingkan tentara Tearling. Kerajaan Tearling hanya memiliki wilayah luas dan penduduk banyak, sementara sumber dayanya inferior jika dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Invasi itu berujung damai setelah ibu Kelsea melakukan negosiasi dengan Ratu Merah... sebuah negosiasi yang tidak bisa diterima oleh Kelsea.
Khawatir
spoiler, saya tidak akan menceritakan apa hasil negosiasi antara ibunda Kelsea dengan Ratu Merah. Yang jelas, hasilnya amatlah biadab dan tidak berperikemanusiaan.
|
The Queen of The Tearling versi Harper Sumber: Goodreads |
What it takes to be a strong queen?
Akal cerdas dan nyali besar. Lalu, keberuntungan.
Sebagai seorang Ratu, Kelsea harus bernyali besar untuk memutuskan negosiasi dengan Ratu Merah. Setelahnya, dia harus cerdas dalam menanggulangi ancaman invasi Mortmesne... dan itu tidak bisa selesai dibahas dalam satu buku.
Tentu saja, Kelsea tidak sendirian. Ada para Pengawal Ratu, dan segelintir orang yang bisa benar-benar Kelsea percaya. Tapi itu saja tidak cukup. Kelsea harus memikirkan cara memenangkan hati rakyatnya. Dan dia juga harus berurusan dengan kaum bangsawan dan pihak Gereja Arvath, yang kepentingannya bertolak belakang dengan kesejahteraan rakyat.
Intinya, jadi seorang Ratu lebih sulit dari yang Kelsea kira, sungguh berbeda dengan teori-teori yang dia pelajari. Dan jika dia salah langkah, nyawa taruhannya.
|
The Queen of The Tearling versi Bantam Press Sumber: Goodreads |
All about girl power?
Walaupun dua tokoh utama yang berseteru dalam
The Queen of The Tearling adalah wanita (Kelsea dan Ratu Merah), para pria juga punya peran besar. Salah satunya adalah Mace, pemimpin Pengawal Ratu. Lalu ada juga Fetch, lelaki misterius yang mirip dengan Arsene Lupin atau Robin Hood. Ada juga ayah Kelsea, yang sosoknya tetap menjadi misteri hingga akhir buku, tapi sepanjang kisah jelas tersirat bahwa dia tokoh yang amat penting.
Romance?
Yah, tidak terlalu banyak roman di kisah ini--dan saya suka itu. Lagipula siapa yang berani macam-macam sama seorang Ratu?
Magic?
Ada, tapi tidak berlimpah. Ratu Merah jelas memiliki kekuatan mistis, terbukti dari umurnya yang luar biasa panjang. Kelsea juga punya kekuatan sihir, tapi kekuatan itu suka muncul tiba-tiba dan di luar kendalinya.
Kekuatan sihir Kelsea berkaitan dengan batu pertama safir yang selalu dia kenakan, bukti ahli waris Kerajaan Tearling.
|
The Queen of The Tearling versi Cina Sumber: Goodreads |
What's next?
The Queen of The Tearling direncanakan untuk menjadi trilogi. Saat ini sekuelnya,
The Invasion of The Tearling sudah terbit, dan buku ketiganya,
The Fate of The Tearling, direncanakan terbit akhir tahun ini.
The Invasion of The Tearling sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan sedang dalam proses penyuntingan.
Selain itu, jangan lupa juga bahwa kita akan menantikan filmnya!
Ya, trilogi Tearling ini telah dibeli hak cipta filmnya oleh Warner Bros. Emma Watson akan menjadi pemeran utama, sekaligus produser film ini. Tentu saja orang-orang berekspektasi tinggi. Semoga filmnya nanti sesuai dengan yang diharapkan ya :)
|
Sumber: mtv.com |